In The Name of Alloh The Most Gracious The Most Merciful..

"Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang biasa terlihat.."

In The Name of Alloh The Most Gracious The Most Merciful..

“Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang shalihah.” (HR. Muslim)

In The Name of Alloh The Most Gracious The Most Merciful..

"Ketika engkau mendapati tidak ada seorangpun selain Allohu Ta'ala bersamamu, maka ketahuilah bahwasanya Allohu Ta'ala sudah lebih dari cukup dibandingkan segalanya.."

In The Name of Alloh The Most Gracious The Most Merciful..

"Ikhlas adalah tidak merasa telah berbuat ikhlas. Barangsiapa masih menyaksikan keikhlasan dalam ikhlasnya, maka keikhlasannya masih membutuhkan keikhlasan lagi.." (As-Suusiy)

In The Name of Alloh The Most Gracious The Most Merciful..

"Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhainya. Maka masuklah kedalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah kedalam syurga-Ku.." (Al-Fajr : 27-30)

Recent Posts

Minggu, 15 April 2012

catatan kecil di tahun ketiga

bismillahirrahmaanirrahiim
In The Name of Alloh The Most Gracious The Most Merciful


Sebuah catatan kecil di tahun ketiga.


Tahun ketiga dibangku kedokteran, saya ditakdirkan masuk di sebuah kelompok tutorial yang paling berwarna selama ini. Setiap pribadi memiliki karakter khas masing-masing yang dominan. Tak ada yang serupa. Tentu saja hal ini menjadi sebuah pengalaman tersendiri bagi seorang nafsa. Di tahun ketiga ini, ada satu kisah tak terlupa. Terasa berat di awal, namun kemudian menjadikan banyak sekali hikmah yang mendalam untuk di petik ranumnya.

Sebuah tugas yang mengaburkan semangat.
Pesan singkat dari seorang teman membuat semangat saya drop. Tak terhingga. Sebuah tugas ke LSM yang saya pikir akan sangat menyenangkan, terasa seperti sembilu di hati. Awalnya, saya membayangkan kami satu kelompok akan pergi ke sebuah LSM idaman saya. LSM yang mengurusi tentang ibu dan anak, atau mungkin tentang lansia. Namun terkadang kenyataan memang tak seperti harapan. Qodarulloh, saya dan teman-teman di tugaskan ke sebuah LSM yang tak pernah saya bayangkan sebelumnya. Sebuah LSM yang paling saya takuti untuk di datangi. LSM yang berfokus pada permasalahan waria.

Heboh. Pasti. Kami sekelompok tak menyangka akan pergi kesana. Apalagi melihat kelompok lain yang nampaknya enak dengan LSM mereka. Kami, atau lebih tepatnya seorang nafsa merasa gentar dengan tugas kali ini. Saya tak pernah sekalipun memiliki pengalaman dengan para waria. Bagi saya, meski menantang tapi saya sungguh tak punya persiapan. Persiapan hati lebih tepatnya, karena bagi saya di dunia ini hanya ada dua jenis kelamin. Pria dan Wanita. Tak lebih.

Berusahalah!
Ditengah-tengah rasa enggan yang menyelimuti hati. Seorang teman saya dengan penuh semangat terus mengajak kami untuk berusaha bersama. Awalnya, saya masih tak bersemangat. Namun melihat teman saya yang masih bisa ceria dan gembira dengan tugas ini, saya pun mulai merubah pola pikir saya selama ini. Jalani saja. Jangan dipikirkan. Karena jika dipikirkan terus menerus tak ubahnya berjalan di tempat. Tak ada progress, hanya menguras fisik dan hati. Maka selepas itulah saya ikut bersama dengan teman-teman mulai menyusun rencana apa yang akan kami lakukan di LSM tersebut. Kami ingin sebuah program yang unik, dan tak biasa. Dan jika bisa, dapat mengubah pandangan mereka.

Kunjungan Pertama
Kunjungan kami ke LSM tersebut untuk pertama kalinya berjalan cukup lancar. Berdiskusi dengan Mami yang ada di sana, kami semakin memiliki gambaran mengenai LSM ini. Kami pun jadi mengerti, bahwa kebanyakan dari para waria menggantungkan hidupnya dari dunia malam semata. Meski ada beberapa yang juga mengamen atau berwirausaha, namun rata-rata lebih memilih menjadi pekerja malam dalam konotasi negatif. Sebuah pertanyaan besar muncul di otak saya saat itu. “Kira-kira siapa pelanggannya ya?”

Menjelang subuh, di sudut kota Yogyakarta
Pukul setengah empat pagi kami sekelompok berkumpul di kos seorang teman. Kami sudah menyusun rencana. Pagi ini kami akan bertemu para waria dunia malam selepas mereka bekerja. Maka dengan semangat tinggi, kami mengayuh sepeda bersama. Menyusuri jalan Monjali menuju Bank Indonesia di tengah kota. Seru, asyik dan tak terlupa. Apalagi banyak adegan tak terduga yang muncul. Ketika seroang teman tertinggal karena ban yang mendadak kempes. Perjalanan pun terhenti sebentar, meski akhirnya tetap dilanjutkan.

Menjelang subuh, kami akhirnya bertemu para waria. Saya kaget, tak percaya dalam hati. Para waria ini cantik. Dalam artian, untuk seorang nafsa yang jarang bertemu waria mereka terlihat berbeda. Kebanyakan waria yang pernah ditemui adalah mereka yang mengamen, dengan silikon yang tak berbentuk memenuhi tubuh. Tapi, waria pekerja malam ini berbeda. Kaki jenjang, rok mini, rambut panjang, high-heels. Heumm. Saya sendiri sampai tak bisa berkata-kata.

~ to be continued





-nm-

Sabtu, 07 April 2012

manusia setengah hati

bismillahirrahmaanirrahiim
In The Name of Alloh The Most Gracious The Most Merciful



Terkadang, kita memang perlu berhenti dan menengok masa lalu. Sebuah pemastian. Bahwa langkah yang selama ini kita tempuh memang pada jalur yang sesuai. Tidak menyimpang, berbelok atau justru kembali memutar kepada kesalahan yang sama.

Satu hal yang menggelitik adalah melihat kondisi hati saat ini. Banyak sekali peristiwa yang terlewati, ratusan hari terlampaui, dan jutaan detik yang menjadi saksi. Namun semuanya tak bisa dengan pasti menggambarkan kondisi hati. Hanya Ia Sang Pemilik Hati-lah yang paling mengerti.

Setengah hati.
Tandanya, belum sepenuhnya bisa memahami. Belum sepenuhnya bisa menjalani. Belum sepenuhnya bisa mengerti, bahwa semua ini tidaklah ada untuk sebuah kesia-siaan. Ada hikmah yang selalu saja datang pada waktu yang tepat. Membuka tabir yang selama ini tertutup rapat.

Manusia setengah hati.
Manusia yang merasa apa yang sudah dilakukannya masihlah separuh dari hati yang tercerai berai. Belum ada yang maksimal, belum ada yang memuaskan. Semua terasa setengah-setengah. Terasa tak ada gairah. Hanya di awal, kemudian terkaburkan.

Padahal, itu MIMPI. Itu CITA-CITA. Itu HARAPAN.
Bagaimana mungkin diraih dengan hati yang masih setengah-setengah?!

Lantas bagaimana caranya merubah hati yang separuh itu menjadi utuh?
Satu kuncinya : Luruskan Niat! Jika semua itu kau lakukan karena-Nya. Sungguh tak akan ada rasa berat, beban, gelisah, dan gundah yang menyertai.

Tapi sekali lagi, meluruskan niat itu lebih mudah dituliskan dibandingkan diamalkan. Butuh keteguhan dan kesabaran untuk senantiasa menjaganya kembali lurus. Dan jangan pernah berharap kehidupan akan semanis madu di film-film atau novel fiksi. Ini realita. Bukan dunia maya. Kau ada, untuk sebuah tanggung jawab. Dan tidaklah tanggung jawab akan terselesaikan dengan indah, melainkan dengan keutuhan hati dalam menjalaninya.


"maka  jangan jadi manusia setengah hati!"


 -nm-

Kamis, 05 April 2012

tentang kau

bismillahirrahmaanirrahiim 
In The Name of Alloh The Most Gracious The Most Merciful 


sedang apa kau disana? menuliskah sepertiku? atau sedang berkutat dengan tugas-tugasmu? aku rindu..
Kau.
Yang selama ini membayangi hatiku. Membuat anganku melayang jauh ke negeri indah penuh harapan. Menanti bunga dipetik yang sedang bersemi cantik. 

Kau.
Yang tak pernah hilang dari pikiranku. Hilang timbuk menelisik gyrus-gyrus otakku. Membuatku tak bisa untuk tidak memikirkanmu.

Aku rindu. 
Kau tau?
Dalam diamku yang tak berkesudahan. Penantian akan datangmu seakan menjadi mimpi indah meski belum pasti terjadi. Inilah fitrahku sebagai seorang wanita. Aku menantikanmu, seorang pangeran sholih dambaan hati. Untuk menguatkanku meraih syurga-Nya yang nyata.

Hingga detik ini berlalu, aku menjaga diriku seutuhnya. Karena Ia dan kecintaanku pada-Nya. Karena dengan demikian, kelak cinta dari-Nya dapat kupasrahkan padamu seorang, kakanda.


Bukan sekali, atau dua kali. Sudah kesekian kalinya lelaki datang padaku menawarkan cinta. Lengkap dengan bujuk rayu, gombalan dan perhatian mereka. Tapi setiap kali mereka datang ku selalu teringat padamu. Karena aku tau, mereka bukan dirimu. Dirimu akan datang pada waktu yang tepat, dengan cara yang tepat. Aku yakin itu.

Setiap teringat padamu, saat itulah ku mengencangkan kembali niatku, Menjaga diriku sebaik mungkin, sesempurna mungkin. Karena tidaklah seorang yang terjaga melainkan hanya untuk ia yang menjaga. Aku menantimu. Dalam setiap hari yang kuupayakan menjadi insan yang lebih baik dari sebelumnya. Aku menantimu, menanti saat kita bertemu. Cinta hanya karena-Nya semata. Aku hanya ingin mencintaimu karena-Nya.

siapapun dirimu, dimanapun dirimu berada, apapun yang saat ini kau lakukan..aku percaya..Allohu Ta'ala sudah menggariskan yang terbaik. Dan apabila kita tak dipertemukan-Nya di dunia, semoga Ia berkenan mempertemukan kita di syurga-nya. Aamiin.
081111
-nm-

Minggu, 01 April 2012

luka bakar dan embun penyejuk

bismillahirrahmaanirrahiim
In The Name of Alloh The Most Gracious The Most Merciful 

Ditengah rutinitas yang cukup menyibukkan ini, nafsa tiba-tiba teringat akan sebuah cerita di komik masa kecil. Saat itu, sang tokoh kecil berucap, 
"jangan menyentuh ikan dengan tangan langsung..dinginkan dulu tanganmu dengan air, karena suhu badan kita bisa menjadi luka bakar baginya". 

Bagi nafsa, kata-kata itu punya makna tersendiri.
Apalagi, ketika seringkali berinteraksi dengan teman-teman yang ditemui hampir setiap harinya.

Berpikir.
Jangan-jangan, selama ini tak sengaja diri ini telah menjadi luka bakar bagi orang lain.
Bukan pada fisik, raga dan jasmani.
Tapi luka bakar dihati.

Bukankah kita tak pernah tahu?
Bisa saja, kata-kata yang kita anggap biasa..terasa sangat menghujam hati saudara kita.
Perbuatan yang kita anggap sepele..menjadi pelecut dendam di hati orang lain.
Atau obrolan tak penting kita..terdengar seperti sindiran di telinga mereka.

Merenungi sikap selama ini.
Sungguh, takut jika demikian adanya.

Bagaimana jika mereka kelak meminta pertanggung-jawabanku di akhirat sana?
Tanpa sempat aku meminta maaf pada mereka didunia.
Sungguh, merugilah aku.
Amalku saja masih tak cukup membawaku ke syurga.

Maka, berhati-hatilah.
Dalam berniat, berkata, dan bersikap.
Mohonlah petunjuk, agar Ia selalu membimbing jalan kita.
Hingga setiap langkah, bukanlah menjadi luka bakar bagi orang lain.
Melainkan menjadi embun, yang meyejukkan hati setiap insan.




-nm-