Selasa, 04 Oktober 2016
Menghebat untuk Bermanfaat
Bismilaahirrahmaanirrahiim
In The Name of Allaah, The Most
Gracious The Most Merciful
Biya, suamiku tercinta..
Terimakasih telah berusaha dengan
baik mengungkapkan setiap perasaan dan pikiran yang sedang menggelayutimu
disana kepadaku. Aku membacanya, dengan perlahan, dan berulang-ulang hingga
kuresapi betul isinya. Ada perasaan sedih, karena telah membuatmu sedih pula
disana sebab suratku yang terakhir itu. Namun, aku sungguh bersyukur karena
Biya bersedia berterus terang kepadaku dan membagikan perasaan itu. Terimakasih
sayang.. Aku teramat menghargainya :’)
Kata orang, terkadang tulisan
bisa menjadi jembatan terbaik untuk menyalurkan perasaan yang sulit diungkapkan
dengan ucapan. Maka, izinkan aku menuliskan sedikit tulisan sederhana untukmu,
kekasih yang terpisah jauh dariku untuk sementara. Kekasih yang kucinta, dan
teramat sangat kusyukuri keberadaannya. Aku berharap, setiap kali Biya merasa
rindu padaku, tak bersemangat dan sedang malas, maka Biya akan membaca ulang
surat ini. Kemudian segera bangkit dan tegap menuju medan juangmu kembali :)
Jauh, sebelum masa ini tiba..
Biya, ingatkah
ketika pertama kali aku mengajakmu menuliskan cita-cita kita bersama? Saat
itulah aku tahu keinginanmu untuk melanjutkan kuliah S2 di Inggris/Jepang.
Meski saat itu Biya mungkin hanya random menulisnya, namun itu sangat berkesan
di hatiku. Sejak saat itulah, aku berkomitmen menjadi pendukung setia dan
pertamamu untuk meraihnya. Banyak tahapan yang harus kita lalui saat itu. Namun
aku tak pernah lupa mimpi Biya, dan semakin bersemangat mendorong Biya untuk
meraihnya.
Awalnya,
mungkin niatku terdistraksi oleh keinginan untuk berjalan-jalan bersama keluar
negeri saat Biya S2 nanti hehe.. Tapi lama-lama aku ingin sekali Biya bisa
meraihnya, karena aku tahu potensi Biya lebih dari sekedar lulusan S1. Insyaa
Allaah, Biya pasti bisa, itu yang kuyakini dengan sepenuh hati. Saat itu, aku
cerewet sekali padamu. Mengingatkanmu mendaftar universitas di Inggris,
mendaftar beasiswa, membuat essai dan mengkoreksinya, serta menyemangati (baca
: mencereweti :P) untuk belajar tes IELTS :D
Dan
Allaah ternyata berbaik hati memeluk mimpi Biya. Satu persatu, keinginan Biya
untuk S2 di Inggris semakin terang jalannya. Saat Biya diterima di Manchester,
Imperial College London, dan lulus tes IELTS one shot meski belajarnya hanya
kurang dari seminggu hehe. Kita berdua teramat berbahagia. Memang tak
sepenuhnya keinginan kita terpenuhi, kala beasiswa Chevening dan LPDP yang
diharapkan belum diterima. Namun, ternyata skenario Allaah tetap yang terbaik.
Biya tetap bisa melanjutkan S2 dengan beasiswa dari Kujang. Alhamdulillaah..
segala puji bagi Allaah Yang Maha Baik.
Buatku
sendiri, kisah perjalanan Biya untuk meraih kesempatan dan gelar S2 di Inggris
adalah salah satu bagian paling berkesan dalam hidupku. Sejak awal perjalanan
itu dimulai, aku merasa Allaah telah dengan baik mempersiapkan dan menata
hatiku. Perlahan, namun pasti, Allaah tumbuhkan kekuatan dalam hatiku untuk
tetap setia dengan komitmenku menjadi pendukung utama dan setiamu selalu. Tak
mudah bagiku, ketika akhirnya keinginanku untuk bersama menjalani petualangan
baru di negeri orang saat Biya S2 nanti, menjadi berubah total. Sebenarnya, aku
teramat sedih saat tak bisa ikut mendampingi Biya S2 disana. Padahal, awalnya
aku sangat bersemangat membayangkan kita akan merasakan pengalaman baru
bersama.
Namun
sekali lagi, Allaah telah mempersiapkan petualangan yang lebih seru untuk
kujalani disini. Di tengah-tengah perjalanan meraih kesempatan S2 Biya, Allaah
menitipkan malaikat kecil di rahimku. Buah hati kita, anak yang telah lama kita
nanti kehadirannya. Semua rencana kita, digantikan oleh Allaah dengan rencana
yang jauh lebih indah. Rasa sedih ku terhapuskan dan terobati dengan kehadiran
bayi dalam kandunganku. Allaah memberikanku kekuatan baru.
Dan saat ini..
Kita telah tiba di masa yang
mungkin ketika dulu membahasnya masih teramat jauh, namun tak terasa kita sudah
menjalaninya. Long Distance Marriage Jilid II, dengan perbedaan jarak yang
semakin jauh, dan perbedaan waktu yang terkadang mengganggu. Biya, dengan izin
Allaah saat ini telah mulai menjalani masa perkuliahan S2 di UoM, dan aku
sedang menikmati perjuanganku menjadi seorang calon ibu disini. Alhamdulillaah,
segala puji bagi Allaah atas kenikmatannya yang sempurna. Mari bersama-sama
mensyukuri nikmatNya ya sayang :)
Namun ketika kita jauh..
Memang tak bisa dipungkiri,
ketika jarak menjauhkan raga akan banyak tantangan yang harus dihadapi. Rasa
rindu, kesepian, serta kegelisahan yang tak bisa diobati kecuali dengan
bertemu. Kita sama-sama berjuang dengan petualangan masing-masing. Kita yang
harus bersabar sejenak untuk menikmati kondisi berjauhan seperti ini. Sambil
terus menerus memohon agar setiap harinya, jarak ini akan semakin mendekat, dan
Allaah akan pertemukan kita kembali dalam keadaan yang lebih baik. Aamiin.
Inilah pesanku untukmu, sayang..
Biya, suamiku tercinta.
Satu hal dalam pernikahan kita
yang sering menggangguku adalah pertanyaan ini. Apakah aku telah menjadi istri
yang baik untukmu, yang mampu membuat Allaahu Ta’ala dan syurga Nya lebih dekat
kepadamu?
Sungguh, aku tak ingin menjadi
seorang istri yang menjauhkan suaminya dari Tuhannya. Aku tak ingin menjadi
penghalangmu memasuki syurgaNya yang abadi. Aku tak ingin menjadi sebab dirimu
dimasukkan kedalam nerakaNya yang teramat pedih. Sungguh Biya, aku tak ingin
menjadi istri yang demikian bagimu.
Aku
ingin menjadi seorang istri yang semakin membuatmu takut dan berharap pada
Tuhannya, semakin dekat dengan nilai keislaman, dan semakin bermanfaat untuk
perkara dunia dan akhirat kelak. Aku ingin menjadi teman hidupmu tak hanya di
dunia, namun juga di syurgaNya. Aku ingin menjadi ratu dari para bidadari yang
kelak akan menemanimu di Jannah yang penuh dengan kenikmatan dari Nya. Aaamiin
ya Allaah :)
Maka dari itu
Biya, pesanku padamu. Meski saat ini Biya sedang berada di negeri dengan
minoritas kaum muslimin, tetaplah berpegang teguh pada agama Allaah. Jangan
sekalipun melupakan Allaah dimanapun Biya berada. Jagalah selalu sholat wajib
dan rawatib Biya disana, meski kondisinya tak semudah di Indonesia. Ambillah
Al-Quran sebagai teman terbaik dalam setiap keadaan. Jadilah seorang agen
muslim yang baik bagi sesama. Tunjukkanlah bahwa Islam adalah agama yang penuh
dengan kedamaian dan cinta akan kasih sayang.
Aku
pasti akan sangat berbahagia karena itu, sayang. Karena ketika Biya
melakukannya, maka insyaa Allaah aku akan ikut mendapat pahalanya tanpa
mengurangi sedikitpun pahala dari Biya. Aku akan menjadi seorang istri yang
teramat beruntung karena mampu mendukung suaminya dalam jalan kebaikan. Namun,
apabila Biya justru melakukan sebaliknya, aku akan ikut berdosa karenanya.
Karena dukunganku selama ini justru membuat Biya menuju jalan yang semakin
menjauhkanmu dari Allaah . Aku sungguh tak berharap itu akan terjadi :(
Dan tentang petualangan barumu disana..
Aku yakin disana Biya akan
menemukan banyak pengalaman baru untuk dihadapi. Kesulitan yang menjadi sebuah
tantangan seru untuk ditaklukkan, serta kondisi yang membuat Biya harus keluar dari zona aman. Ingatlah selalu Biya,
selama Biya terus berada di jalan kebaikan, aku akan selalu mendukungmu sepenuh
hati. Aku akan tetap menjadi pendukung utama, pertama, dan setia untukmu
seorang. Aku akan menemanimu dalam setiap kondisi yang harus dihadapi.
Saat kondisi terasa berat untuk dihadapii..
Mintalah
pertolongan kepada Allaah, Sang Penguasa Alam Semesta. Tuhan yang akan
menyisipkan kekuatan baru untuk setiap lapisan hati yang mulai goyah.
Jadikanlah do’a sebagai senjata terbaik untuk menghadapi segala situasi.
Ingatlah setiap kenikmatan dari Nya yang tak terhitung, dan mungkin belum kita
syukuri dengan sempurna. Jangan merasa lemah dan tak berdaya, karena itu
bukanlah karakter seorang mukmin yang mulia. Bentangkan sajadah panjang, dan
tegakkanlah sholat. Bersujudlah untuk memohon solusi terbaik dari setiap
permasalahan. Dan yakinlah dengan sepenuh hati, bahwa pertolongan Allaah pasti
akan datang.
“Maka
sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan
ada kemudahan” (94 : 5-6)
“Barangsiapa
bertakwa kepada Allaah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan
Dia memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa
bertawakal kepada Allaah, niscaya Allaah akan mencukupkan keperluannya.
Sesungguhnya Allaah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh Allaah telah mengadakan
ketentuan bagi setiap sesuatu” (65: 2-3)
“Janganlah
kamu bersikap lemah, dan janganlah kamu bersedih hati, padahal kamulah orang
yang paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang yang beriman” (3:39)
Dan ketika malas mulai menyapa..
Bersemangatlah!
Banyak
orang memimpikan ada di posisi Biya saat ini. Dan ketika Biya telah ada di
posisi ini, maka jalan terbaik untuk mensyukuri nikmat itu adalah dengan
berusaha memberikan yang terbaik. Luruskan niat Biya untuk belajar disana
karena Allaah semata, dan berorientasi lah pada tujuan untuk memberikan
kebermanfaatan bagi sesama. Ingatlah mereka yang telah mendukung Biya hingga
saat ini. Ada Allaah yang berbaik hati memberikan kesempatan ini, Kujang yang
telah mengeluarkan beasiswa, do’a dari bapak dan ibu serta mama dan keluarga di
Indonesia, teman-teman Biya yang banyak membantu proses S2 Biya, serta istri
dan anakmu, yang tak henti-hentinya mencintai dan mendo’akanmu selalu.
Saat
Biya harus keluar dari zona nyaman Biya, tak perlu merasa khawatir dan cemas.
Aku percaya Biya pasti mampu, asal Biya bersungguh-sungguh melakukannya.
Cobalah untuk mencintai hal-hal yang Biya lakukan disana dengan baik. Mengutip
kata-kata seorang pemain sepak bola terkenal,
“Success is no accident. It is a
hard work, perseverance, learning, studying, sacrifice and most of all, love of
what you are doing or learning to do” (Pele)
Biya tak perlu menjadi orang lain
untuk membuat mereka senang. Cukuplah menjadi dirimu sendiri, menjadi
sebaik-baik dari dirimu. It’s okay to be
unique, honey. Please break out the box, and show the world your true and
beautiful shape :)
You Are Not Everyone’s Cup of Tea:
The
world is filled with people who, no matter what you do, no matter what you try,
will simply not like you. But the world is also filled with those who will love
you fiercely. The ones who love you, they are “your people”.
Don’t
waste your finite time and heart trying to convince the people who aren’t your
people that you have value. They will miss it completely. They won’t buy what
you are selling. Don’t try to convince them to walk your path with you because
you will only waste your time and your emotional good health. You are not for
them, and they are not for you. You are not their cup of tea and they are not
yours.
Politely
wave them along and you move away as well. Seek to share your path with those
who recognize and appreciate your gifts, who you are.
Be
who you are. You are not everyone’s cup of tea and that is OK.
(fb/the
idealist)
Pada akhirnya..
Suamiku
tersayang, aku sungguh mencintaimu karena Allaah. Aku memilihmu menjadi
suamiku, bukan karena ketampananmu, hartamu, keluargamu maupun kedudukanmu. Aku
memilihmu menjadi imam dalam hidupku, menjadi ayah dari anak-anakku karena
agama dan akhlakmu. Maka ketika dua hal itu hilang darimu, akan habis pula
cintaku padamu. Dan ketika semakin bertambah baik agama dan akhlakmu, semakin
dalam pula cintaku kepadamu.
Aku selalu
berharap menjadi pendampingmu dalam suka dan duka, adapun syurgaNya adalah
cita-cita tertinggiku untuk membersamaimu meraihnya.
Tetaplah
bersemangat karena Allaah disana. Teruslah menghebat, untuk bermanfaat.
Because every next level of your life will
demand a different version of you. Just be the best version of you :)
Aku
mencintaimu selalu, suamiku…
Seorang
wanita yang berbahagia menjadi istrimu dan ibu dari anak-anakmu,
Miya