In The Name of Alloh The Most Gracious The Most Merciful..

"Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang biasa terlihat.."

In The Name of Alloh The Most Gracious The Most Merciful..

“Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang shalihah.” (HR. Muslim)

In The Name of Alloh The Most Gracious The Most Merciful..

"Ketika engkau mendapati tidak ada seorangpun selain Allohu Ta'ala bersamamu, maka ketahuilah bahwasanya Allohu Ta'ala sudah lebih dari cukup dibandingkan segalanya.."

In The Name of Alloh The Most Gracious The Most Merciful..

"Ikhlas adalah tidak merasa telah berbuat ikhlas. Barangsiapa masih menyaksikan keikhlasan dalam ikhlasnya, maka keikhlasannya masih membutuhkan keikhlasan lagi.." (As-Suusiy)

In The Name of Alloh The Most Gracious The Most Merciful..

"Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhainya. Maka masuklah kedalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah kedalam syurga-Ku.." (Al-Fajr : 27-30)

Recent Posts

Minggu, 02 Maret 2014

#3 : Stase Saraf, Saatnya Belajar Menata Hati

bismillahirrahmaanirrahiim
 In The Name of Alloh The Most Gracious The Most Merciful

 Alhamdulilllah akhirnya tiba di stase ketiga saya.. Selamat datang di Stase Saraf :))



Stase saraf stase yang teramat berkesan. Di stase ini banyak cerita tak terlupakan yang bisa dibagikan. Ada duka, tapi lebih banyak suka nya. Alhamdulillaah, acha belajar banyak dari stase ini.

Awal masuk stase saraf, saya dan teman-teman dibagi menjadi kelompok kecil dan diberikan seorang residen untuk mendampingi kami selama di stase saraf. Saya termasuk beruntung mendapatkan pemimbing seorang residen yang pandai sekali. Sebut saja nama beliau dr. D. Saya diajari banyak hal oleh dr.D dari mulai teori, hingga pemeriksaan fisik kepada pasien. 

Kisah pertama yang ingin saya bagi adalah ketika saya bertugas untuk memiliki tanggung jawab kepada seorang pasien, sebut saja Bp.S. Bapak S di diagnosis sebagai penderita stroke hemorrhagik dan iskemik luas dengan GCS beliau hanya mencapai 3 poin. Saat mengelola Bp.S, saya diajari banyak hal oleh dr.D, termasuk bagaimana memeriksa pasien dengan kecurigaan mati batang otak seperti Bp.S. Pemeriksaan tes  batang otak pun dilakukan, dan karena pusat pernapasan Bp.S sudah terkena, maka praktis Bp.S harus menggunakan alat bantu berupa respirator untuk membantu pernapasan beliau. Untuk itulah beliau tidak dirawat di bangsal, namun di IGD kemudian dipindah ke IMC (Intermediate Care).

Setelah beberapa hari memeriksa Bp.S,  akhirnya keluarga bersedia menandatangani keputusan untuk dilakukan withdrawal pada beliau. Withdrawal artinya menarik terapi yang sudah diberikan kepada pasien  karena prognosis pada pasien sangat rendah, dan sudah terjadi kematian batang otak. Pada kasus ini, Bp.S akan dilepaskan dari respirator yang membantu beliau untuk bernapas. Saya belajar bagaimana caranya memberikan penjelasan yang baik kepada keluarga Bp.S. Tentunya hal ini tidak mudah bagi seorang dokter, untuk menjelaskan kondisi pasien yang sudah teramat buruk.

Akhirnya, respirator pun diangkat. Saya tak kuasa melihat tubuh Bp.S yang bergoncang sebagai tanda asfiksia pada beliau. Monitor pun memperlihatkan denyut nadi Bp.S yang mulai menurun, hingga rekam jantungnya menjadi datar sempurna. Saya menahan airmata saat itu, sungguh rasanya tidak kuat melihatnya. Namun ketika saya melihat ke dr.D, beliau sangat tenang dan berusaha menghibur keluarga pasien dengan bijak. Innalillaahi wa inna ilaihi raaji'un.

Dalam perjalanan pulang menuju bangsal,dr. D bertanya pada saya, "Gimana menurutmu, Naf? ". Saya hanya  tersenyum sembari menjawab "Saya nggak tahu e dok.." Perasaan saya berkecamuk hebat saat itu.Membayangkan saya ada di posisi keluarga pasien, atau bahkan di posisi pasien itu sendiri. Wallaahu a'lam.

Kisah kedua saya, adalah ketika saya bertugas jaga malam dihari terakhir saya di stase saraf. Ada satu pasien saat itu yang kondisinya sudah kritis. Saya harus memeriksa kondisi beliau setiap 30 menit, bahkan 15 menit sekali. Saat kembali bertugas memeriksa beliau, saya dengan seksama mengecek tanda vital pada beliau. Mulai dari nadi, pernapasan, tekanan darah, dan tingkat saturasi oksigen pada pasien yang sudah tidak sadarkan diri tersebut. 

Saat akan memeriksa saturasi oksigen di jempol kaki pasien, alat tersebut tidak berfungsi, tidak ada angka yang muncul dari monitornya. Padahal tadi di jempol tangan alat tersebut masih berfungsi. Teman saya yang sudah menyelesaikan tugasnya memeriksa pasien lain datang membantu saya. Hm, saya pikir mungkin alat nya sudah rusak,karena memang beberapa kali sempat seperti itu ketika digunakan. Akhirnya saya meminta tolong teman saya untuk memanggil residen yang bertugas. Sambil menunggu residen, saya coba pindahkan alat tersebut ke jempol kaki yang lain. Masih tak berfungsi. Saya berpikir sesaat,kemudian saya sadar. Saya tidak lagi mendengar suara napas pada pasien tersebut. Code Blue! Saya teriak memanggil bantuan. Ketika residen datang dan sempat dilakukan bantuan hidup,  ternyata pasien tersebut sudah dinyatakan meninggal dunia.

Saya tertegun. Kurang dari lima menit yang lalu saya masih dapat meraba nadi pasien, mengukur tekanan darah pasien, dan mendengar suara napas beliau. Dan kini, setelah dilakukan pemeriksaan rekam jantung beliau, praktis tidak ada irama disana. Innalillaahi wa inna ilaihi raaji'un. Sungguh kematian terasa amat dekat dan cepat.

Kisah ketiga saya, saat memeriksa seorang pasien dengan nyeri pinggang karena ada Hernia Nucleus Pulposus pada tulang belakangnya. Saat masuk dan mengucapkan salam, beliau sebut saja Bp.B menjawab salam saya dengan antusias. Melihat sekeliling, ternyata tak ada yang menemani beliau di kamar, melainkan beberapa buku bacaan agama,koran dan sebuah alquran. Bapak B sangat kooperatif ketika diperiksa, beliau juga sangat antusias ketika tahu saya pernah ikut kajian di tempat beliau biasa kajian. Menawarkan beberapa rekaman kajian yang ada di HP beliau dan becerita pengalaman beliau. Saat saya berusaha menghibur beliau akan sakitnya, beliau tampak bahagia, tidak ada raut sedih diwajahnya. Bahkan beliau sempat berkata bahwa beliau menikmati sakit beliau dan bersyukur, karena dengan demikian beliau jadi lebih sering mengingat Allaah.

Cless, Serasa ada embun penyejuk menetes di hati saya saat itu. Betapa indahnya hati Bp.B sampai bisa  begitu santun menyikapi takdir dari Allaah.. Masyaa Allaah.. :)

Begitulah stase saraf. Stase yang teramat berkesan. Banyak cerita lain, tapi diantaranya tiga kisah ini yg paling berkesan. Ohya di stase saraf ini saya juga mendapatkan banyak sekali kemudahan. Apalagi ketika ujian bersama dr.I, subhanallaah beliau konsulen yang luaar biasa baiknya.. Saya ngefans sekali dengan beliau. Saat ujian  saya lebih banyak membahas topik selain ujian, seperti batik, jilbab,dokter dan pasien dsb. Inspiratif sekali. Sampai sekarang pun kalau saya sapa ketika bertemu beliau juga tersenyum menyenangkan. Alhamdulillaah.. ^^

Heumm.. Stase saraf mungkin akan  menjadi salah satu stase favorit saya.. Hehe. Karena saat melewati stase ini saya seperti diajak bercengkrama dengan hati saya sendiri. Memaknai semua dengan hati, dan terus berupaya mensyukuri. Alhamdulillaah.

Nah, bagaimana dengan anda?
:)




 -nm-

Sabtu, 08 Februari 2014

#2 Stase Kulit : Ketika Aku Belajar Lebih Teliti

bismillahirrahmaanirrahiim
In The Name of Alloh The Most Gracious The Most Merciful


   Alhamdulillaah, setelah melewati stase anestesi yang mengasyikkan, perjalanan koas saya pun berlanjut. Kali ini tujuan selanjutnya dari bahtera kami adalah Stase Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.

  Tak banyak sebenarnya yang bisa diceritakan di stase ini. Entah kenapa, stase ini termasuk stase yang berjalan begitu cepat. Hm, saya sendiri juga heran, kenapa di stase ini saya kurang bersemangat untuk menjalankan aktivitas koas. Mungkin karena saya tidak begitu tertarik ya. Tapi bagaimanapun stase ini termasuk stase yang menguras fisik, mental dan hati yang cukup berat. Karena banyak tugas yang harus dikerjakan dalam waktu singkat. Banyak cerita dengan teman yang terasa sembilu di hati. Banyak kisah yang mengaburkan semangat namun justru hikmahnya terasa sangat dekat.

  Satu hal yang sangat saya syukuri ketika menjalani stase ini adalah saya belajar untuk menjadi lebih teliti. Alhamdulillaah. Saya yang biasanya kurang teliti dan cermat dalam menjalani sesuatu kini belajar untuk bisa bersikap demikian. Bagaimana tidak? Banyak penyakit kulit yang memiliki penampakan yang serupa tapi tak sama. Maka dari itu saya harus benar-benar cermat melihat gambaran klinis UKK (Ujud Kelainan Kulit) dan keluhan yang dirasakan oleh pasien. Karena meski mirip, jika salah diagnosis saja maka terapinya pun bisa ikutan salah. Duh, kasihan sekali pasiennya kalau sampai demikian. T.T

  Stase Kulit dan Kelamin memang tak banyak yang bisa diceritakan. Namun, saya melihat banyak hal yang jauh diluar bayangan saya selama ini. Ketika melihat realita ada pasien dengan penyakit kelamin akibat berhubungan dengan sesama jenis, melihat tampakan klinis penyakit autoimmune yang tak terhindarkan, serta melihat penyakit kulit yang jaraaang sekali dijumpai.. Alhamdulillaah, segala puji hanya bagi Allaah semata..


 Yang pasti, saya belajar banyak dari stase ini.
  Belajar untuk melihat pasien lebih objektif dan cermat.
  
Mari kita lanjutkan perjalanan ke stase selanjutnyaa.. 
  ^^

 -nm-