In The Name of Alloh The Most Gracious The Most Merciful..

"Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang biasa terlihat.."

In The Name of Alloh The Most Gracious The Most Merciful..

“Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang shalihah.” (HR. Muslim)

In The Name of Alloh The Most Gracious The Most Merciful..

"Ketika engkau mendapati tidak ada seorangpun selain Allohu Ta'ala bersamamu, maka ketahuilah bahwasanya Allohu Ta'ala sudah lebih dari cukup dibandingkan segalanya.."

In The Name of Alloh The Most Gracious The Most Merciful..

"Ikhlas adalah tidak merasa telah berbuat ikhlas. Barangsiapa masih menyaksikan keikhlasan dalam ikhlasnya, maka keikhlasannya masih membutuhkan keikhlasan lagi.." (As-Suusiy)

In The Name of Alloh The Most Gracious The Most Merciful..

"Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhainya. Maka masuklah kedalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah kedalam syurga-Ku.." (Al-Fajr : 27-30)

Recent Posts

Sabtu, 07 Juli 2012

Terimakasih, Puskesmas Wates!

bismillahirrahmaanirrahiim
In The Name of Alloh The Most Gracious The Most Merciful


Menjalani tahun ketiga di bangku kedokteran itu rasanya seperti sekelebat saja. Cepat sekali. Kemarin baru saja berkenalan dengan teman-teman baru di Tutorial 26 dan tak terasa hari Kamis kemarin menjadi tutorial terakhir kami di tahun ketiga.

Satu hal yang paling saya suka selama tahun ketiga ini adalah ketika saya diberi kesempatan untuk mencari ilmu secara langsung di Puskesmas Wates. Puskesmas Wates, menjadi tempat kami “main” selama 3 bulan terakhir ini. Menempuh waktu sekitar 50 menit dari kampus, kami akhirnya tiba di Puskesmas yang terletak di pinggir jalan dan dikelilingi oleh sawah hijau nan terhampar luas.



Beberapa kali menjalani tugas di Puskesmas Wates, banyaak sekali pengalaman berharga yang saya peroleh. Alhamdulillah bi ni’matihi thathimusshalihaat. Saya berkesempatan mendapatkan beberapa kompetensi yang sebelumnya belum pernah saya lakukan. Dengan bimbingan dan supervisi dari dua dokter di puskesmas, dr. Norma dan dr. Dian yang sangat baik dan penyabar. Serta beberapa staf dan perawat yang saya kenal, saya mendapatkan banyak hal tak terlupa disini.

Di Puskesmas ini, saya belajar untuk berinteraksi langsung dengan pasien. Pasien, yang juga merupakan guru bagi para dokter merupakan seseorang yang hendaknya diperlakukan dengan penuh empati. Saya belajar berkomunikasi dengan bahasa jawa dan memahami secara mendalam keluhan pasien. Terkadang saya geli mendengar cerita pasien yang lucu. Terkadang saya dan pasien yang sudah sepuh bisa tertawa bersama karena sama-sama bingung. Hehe. Pasiennya bingung saya tanya apa, saya bingung pasien jawab apa. Akhirnya kami tertawa bersama. Asyik sekali. Alhamdulillah.


Saya juga belajar melihat realita kondisi kesehatan Indonesia secara langsung. Memahami bahwasanya tugas dokter itu cukup berat. Tak hanya periksa pasien kemudian habis perkara. Edukasi, follow up pengobatan dan lifestyle tak boleh terlupa. Dan tentu saja dalam setiap prosedurnya kami harus senantiasa memakai jubah empati. Tersenyum, sabar dan telaten menyelesaikan permasalahan kesehatan pasien kami.

Pengalaman tak terlupa yang saya pernah lakukan di Puskesmas Wates adalah untuk pertama kalinya saya berkesempatan menjahit luka irisan pada pasien. Waktu itu, saya dan teman saya sedang di Balai Pengobatan, kemudian tiba-tiba ada seorang ibu datang dengan tangan kanan berdarah banyaak sekali. Ternyata pasien tersebut mengalami sobekan diantara jempol dan telunjuk karena terkena gelas yang pecah saat mencuci piring. Akhirnya, saya dan seorang teman ikut membantu perawat merawat luka pasien. Alhamdulillah, saya diberi kesempatan untuk menyuntikkan obat bius lokal pada pasien, dan menjahit 2 jahitan luka tersebut. Pengalaman ini sungguh tak terlupa, karena selama ini saya hanya berlatih menjahit luka di manekin kulit, dan kali ini di kulit yang sebenarnya.


Pengalaman lain yang pernah saya dapatkan adalah saya diberi kesempatan untuk melakukan Rectal Toucher di anus pasien. Saat itu, datang seorang pasien dengan keluhan sulit kencing dan buang air besar. Diagnosis dokter saat itu adalah pasien mengalami Benign Prostat Hypertophy atau dengan bahasa lebih mudah dipahami adalah ada perbesaran pada kelenjar prostat pasien. Di akhir pemeriksaan, saya bertanya pada dr. Dian, bukankah biasanya pasien dengan BPH akan dilakukan Rectal Touche? Yakni prosedur memasukkan jari dokter ke dalam anus pasien untuk memeriksa ukuran kelenjar prostat pasien. Dr. Dian pun menyetujui dan akhirnya mempersilakan saya untuk melakukan prosedur tersebut dengan hati-hati (karena ini baru pertama kalinya saya melakukan RT). Alhamdulillah, segalanya berjalan cukup lancar.

Selain dua pengalaman tersebut, saya juga mendapatkan banyaaak sekali pengalaman. Memasang EKG, mengambil darah pasien, melakukan nebulizer, perawatan luka, pemeriksaan fisik, telinga, mata, dan lain-lain. Alhamdulillah, senang sekali rasanya ilmu yang telah saya pelajari bisa terasa manfaatnya. Satu hal yang menggelitik benak saya saat itu adalah kelompok kami disebut dengan kelompok yang overnergy oleh dr. Dian. Kami tampak sangat bersemangat dalam menjalani proses pembelajaran di Puskesmas Wates ini dibandingkan kelompok lain yang juga belajar disana.

Saya sendiri merasa, selama proses pembelajaran ini saya bisa dibilang cukup aktif meminta tindakan. Beberapa kali saya mengajukan diri untuk membantu perawat dan melakukan pemeriksaan fisik pada pasien. Karena saya sukaaa sekali dengan proses belajar yang seperti ini. Tidak membosankan, asyik, dan tidak akan mudah terlupakan. Namun, bukan berarti saya gila kompetensi dan menguasai semuanya sendiri. Saya juga mempersilakan teman saya untuk turut mencoba, dan setelahnya kami akan berdiskusi bersama.

Hal yang membahagiakan saya adalah ketika dr. Dian pernah berbisik pada saya “ Silakan diperiksa pasiennya ya, saya sudah percaya dengan pemeriksaan fisik kamu, pemeriksaan fisik kamu ke pasien cukup bagus”. Alhamdulillah, bahagia saya mendengarnya. Tidak ada sama sekali maksud sombong atau berbesar hati. Namun bagi saya, ucapan itu motivasi hebat bagi saya untuk terus aktif dalam belajar. Bahwa tidak sia-sia selama ini saya aktif bertanya ini itu pada beliau. Alhamdulillah :)

Namun, diakhir perjalanan di Puskesmas Wates, renungan mendalam pasti memenuhi benak saya. Saya harus belajar jauh dan jauh lebih rajin untuk menjadi seorang dokter yang baik. Masyarakat sungguh masih teramat memerlukan dokter yang bermanfaat ilmunya. Dan ini menjadi cambuk bagi saya untuk terus rajin belajar setiap harinya. Semoga Allahu Ta’ala senantiasa memudahkan saya dan teman-teman untuk terus belajar ilmu yang bermanfaat ya. Aamiin.


Special thanks to :
Keluarga Besar Puskesmas Wates, Yogyakarta.
Terutama untuk dr. Norma dan dr. Dian.
Jazakumullahu khairan katsiran.
:)
 -nm-