Recent Posts

Minggu, 15 April 2012

catatan kecil di tahun ketiga

bismillahirrahmaanirrahiim
In The Name of Alloh The Most Gracious The Most Merciful


Sebuah catatan kecil di tahun ketiga.


Tahun ketiga dibangku kedokteran, saya ditakdirkan masuk di sebuah kelompok tutorial yang paling berwarna selama ini. Setiap pribadi memiliki karakter khas masing-masing yang dominan. Tak ada yang serupa. Tentu saja hal ini menjadi sebuah pengalaman tersendiri bagi seorang nafsa. Di tahun ketiga ini, ada satu kisah tak terlupa. Terasa berat di awal, namun kemudian menjadikan banyak sekali hikmah yang mendalam untuk di petik ranumnya.

Sebuah tugas yang mengaburkan semangat.
Pesan singkat dari seorang teman membuat semangat saya drop. Tak terhingga. Sebuah tugas ke LSM yang saya pikir akan sangat menyenangkan, terasa seperti sembilu di hati. Awalnya, saya membayangkan kami satu kelompok akan pergi ke sebuah LSM idaman saya. LSM yang mengurusi tentang ibu dan anak, atau mungkin tentang lansia. Namun terkadang kenyataan memang tak seperti harapan. Qodarulloh, saya dan teman-teman di tugaskan ke sebuah LSM yang tak pernah saya bayangkan sebelumnya. Sebuah LSM yang paling saya takuti untuk di datangi. LSM yang berfokus pada permasalahan waria.

Heboh. Pasti. Kami sekelompok tak menyangka akan pergi kesana. Apalagi melihat kelompok lain yang nampaknya enak dengan LSM mereka. Kami, atau lebih tepatnya seorang nafsa merasa gentar dengan tugas kali ini. Saya tak pernah sekalipun memiliki pengalaman dengan para waria. Bagi saya, meski menantang tapi saya sungguh tak punya persiapan. Persiapan hati lebih tepatnya, karena bagi saya di dunia ini hanya ada dua jenis kelamin. Pria dan Wanita. Tak lebih.

Berusahalah!
Ditengah-tengah rasa enggan yang menyelimuti hati. Seorang teman saya dengan penuh semangat terus mengajak kami untuk berusaha bersama. Awalnya, saya masih tak bersemangat. Namun melihat teman saya yang masih bisa ceria dan gembira dengan tugas ini, saya pun mulai merubah pola pikir saya selama ini. Jalani saja. Jangan dipikirkan. Karena jika dipikirkan terus menerus tak ubahnya berjalan di tempat. Tak ada progress, hanya menguras fisik dan hati. Maka selepas itulah saya ikut bersama dengan teman-teman mulai menyusun rencana apa yang akan kami lakukan di LSM tersebut. Kami ingin sebuah program yang unik, dan tak biasa. Dan jika bisa, dapat mengubah pandangan mereka.

Kunjungan Pertama
Kunjungan kami ke LSM tersebut untuk pertama kalinya berjalan cukup lancar. Berdiskusi dengan Mami yang ada di sana, kami semakin memiliki gambaran mengenai LSM ini. Kami pun jadi mengerti, bahwa kebanyakan dari para waria menggantungkan hidupnya dari dunia malam semata. Meski ada beberapa yang juga mengamen atau berwirausaha, namun rata-rata lebih memilih menjadi pekerja malam dalam konotasi negatif. Sebuah pertanyaan besar muncul di otak saya saat itu. “Kira-kira siapa pelanggannya ya?”

Menjelang subuh, di sudut kota Yogyakarta
Pukul setengah empat pagi kami sekelompok berkumpul di kos seorang teman. Kami sudah menyusun rencana. Pagi ini kami akan bertemu para waria dunia malam selepas mereka bekerja. Maka dengan semangat tinggi, kami mengayuh sepeda bersama. Menyusuri jalan Monjali menuju Bank Indonesia di tengah kota. Seru, asyik dan tak terlupa. Apalagi banyak adegan tak terduga yang muncul. Ketika seroang teman tertinggal karena ban yang mendadak kempes. Perjalanan pun terhenti sebentar, meski akhirnya tetap dilanjutkan.

Menjelang subuh, kami akhirnya bertemu para waria. Saya kaget, tak percaya dalam hati. Para waria ini cantik. Dalam artian, untuk seorang nafsa yang jarang bertemu waria mereka terlihat berbeda. Kebanyakan waria yang pernah ditemui adalah mereka yang mengamen, dengan silikon yang tak berbentuk memenuhi tubuh. Tapi, waria pekerja malam ini berbeda. Kaki jenjang, rok mini, rambut panjang, high-heels. Heumm. Saya sendiri sampai tak bisa berkata-kata.

~ to be continued





-nm-

4 komentar:

pengalaman menarik, ditunggu kelanjutannya...

sebenarnya "asik" loh kalo kita bisa mendekati mereka, kita bisa banyak belajar dari kisah hidup mereka, saya pernah juga wawancara seperti itu pas jaman SMA, menyenangkan.
tapi ya itu, walaupun asik, tetep tidak boleh terlalu dekat, bahaya tho.

sudah pernah ke lokalisasi wps juga blm dek ? :D

adnan : insyaa Alloh, semoga ada waktu untuk menuliskannya..

mas ichal : yap, betul sekali..

mbak erma : alhamdulillah, belum jadi mbak..karena kalo kesana harus tengah malam. Nggak berani, bayanginnya aja udah ngeri..

Posting Komentar

feel free to drop any comments, friends! ^^