Bismillahirrahmaanirrahiim
In The Name of Alloh The Most Gracious The Most Merciful
DRUG IN DERMATOLOGY
Based on kuliah dr. Widodo, buku Farmakologi dan Terapi FKUI dan referensi lain
by : nafsa
Baca do’a dulu yuk sebelum belajar, biar ilmunya bermanfaat :)
Pembelajaran mengenai obat-obatan yang dipakai untuk penyakit pada kulit sangatlah penting untuk diketahui sebagai seorang dokter. Pertama tentunya kita harus tahu penegakan diagnosis dari penyakit tersebut apa, setelah itu kita harus mengetahui treatment dan prognosis dari diagnosis tersebut. Nah, disinilah pentingnya kita belajar kuliah ini. Karena dengan begitu kita bisa tahu treatment yang tepat untuk digunakan, baik secara topical maupun sistemik. Karena cara topical dan sistemik memiliki perbedaan dalam pemakaiannya.
Obat-obatan sistemik, terutama yang diminum peroral memiliki kriteria yang khas, yakni tentunya obat tsb akan memasuki GIT,serta mengalami yang namanya transport aktif. Sedangkan obat-obatan yang diberikan secara topical akan tidak mengalami transport aktif. Untuk kali ini kita lebih membahas ke yang topikalnya yaa..^^
Efikasi dan efek samping dari obat-obatan topical sangatlah dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama adalah absorpsi dari kulit tersebut, dan yang lainnya adalah formula aktif dalam obat topical tersebut. Sedangkan faktor lain yang turut serta berperan adalah tingkatan inflammasi yang terjadi, lokasi lesi, dan jenis lesi yang terjadi. Mari kita bahas satu-satu..
SKIN ABSORPTIONS
Seperti yang kita tahu, kulit terdiri dari berbagai macam lapisan penyusunnya. Mulai dari korneosit, lipid dan yang lainnya. Penyusun-penyusun kulit inilah yang nantinya akan mempengaruhi absorpsi dari kulit terhadap obat-obatan topical tersebut. Selain itu ada faktor-faktor lain yang turut serta berperan mempengaruhi absorpsi obat-obatan. Yakni faktor kondisi permukaan kulit, kemampuan obat untuk penetrasi ke dalam kulit, serta potensi dari zat aktif yang ada dalam obat tersebut.
· Faktor permukaan kulit
Pada kondisi ini kita harus mempertimbangkan seperti apa permukaan kulit yang akan kita beri obat. Misalnya nih, kalo di telapak tangan dan telapak kaki kan lapisan permukan kulitnya pasti lebih tebal dibandingkan dengan palpebra yang lapisannya tipis. Jadi jenis obat nya pun harus dibedakan antar keduanya.
Selain itu, jenis obat yang diberikan pun harus diperhatikan. Karena biasanya obat yang larut pada lemak akan lebih mudah terabsorpsi. Kenapa? Karena kan kita tahu ya, dikulit itu ada yang namanya pori-pori. Nah pori-pori ini sendiri sebenarnya adalah merupakan lubang dari folikel rambut. Padahal di folike rambut itu juga ada muara dari glandula sebasea (minyak) sehingga apabila obat-obatan itu larut lemak akan lebih mudah terabsopsi dibandingkan dengan obat-obatan yang larut di air. Faktor lainnya juga karena kulit tersusun membrane lipid bilayer, sehingga obat yang larut dalam lemak akan mudah terabsorpsi.
Selain itu, kemungkinan adanya perubahan permukaan kulit karena penyakit juga harus dpertimbangkan. Misalnya terjadi hyperkeratosis atau lichenifikasi. Nah, obat-obatan yang seharusnya bisa terabsorpsi dalam kondisi kulit yang normal akan menjadi tidak mudah terabsorpsi karena permukaan kulitnya berubah.
· Lokasi
Seperti yang tadi udah disebutkan, lokasi kulit yang akan diberi obat pun juga harus dipertimbangkan. Selain mempertimbangkan ketebalan permukaan kulit, kita harus juga memperhatikan lipatan-lipatan kulit yang ada pada tubuh, misalnya di bagian inguinal atau di ketiak. Karena pada prinsipnya, lipatan-lipatan kulit ini akan mengganggu absorpsi obat. Lipatan akan menyebabkan pencucian lemak terganggu sehingga menyebabkan kulit penuh dengan lemak. Selain itu pengelupasan lapisan korneum pun akan terganggu karena nya. Hal ini akan menyebabkan obat menjadi lebih sulit terabsorpsi karena tidak bisa masuk ke kulit.
· Kemampuan Penetrasi Obat
Secara umum, rute utama yang dipakai untuk penetrasi obat ke kulit adalah lewat lapisan korneal. Sedangkan jalur penetrasi obat yang lainnya adalah dengan melewati unit pilosebaseus, ductus ekrin dan appendices dari kulit.
Cara untuk meningkatkan kemampuan penetrasi obat pada kulit ada dua macam. Pertama adalah dengan mendestruksi lapisan korneal pada kulit tersebut. Salah satunya adalah dengan cara menggunakan patch/plester sehingga nantinya lapisan korneal kulit akan mengelupas dan akhirnya obat dapat lebih mudah masuk ke kulit.
Cara yang kedua adalah dengan memberikan perubahan properti fisika dan kimia pada kulit. Fisika bisa dilakukan dengan cara pemanasan, phonophoresis (dgn gelombang suara), iontophoresis (dengan listrik) dan adhesive stripping. Sedangkan cara kimia dapat dilakukan dengan penambahan urea, agen keratolitik, pelarut organik dan surfaktan.
Selain itu, bisa juga dilakukan yang namanya Occlusive Dressing, yakni pada area yang akan diberi obat justru dibungkus dengan yang plastik atau yang lainnya. Fungsi dari adanya pembungkusan ini adalah agar menghindari yang namanya penguapan.
Meningkatkan absorpsi kulit
Cara untuk meningkatkan absorpsi kulit ada beberapa macam, yakni :
1. Penambahan frekuensi pengolesan obat menjadi lebih sering. Faktor yang perlu dipertimbangkan adalah waktu paruh dari katabolisme obat di kulit.
2. Jumlah obat yang diberikan. Haruslah sesuai dengan luas area yang akan diberi obat. Kira-kira 1 gram/mm2
3. Penggosokan kulit. Nah fungsinya adalah untuk membantu mengelupaskan lapisa korneal. Selain itu, penggosokan kulit juga akan meningkatkan vaskularisasi darah yang akan mempengaruhi absorpsi secara sistemik.
4. Pemakaian setelah mandi. Hal ini berkaitan dengan kelembaban kulit yang masih baik sehingga obat akan mudah masuk ke kulit.
5. Ukuran zat aktif dari obat. Semakin ukuran nya kecil, maka semakin mudah obat tersebut untuk menembus masuk ke kulit. Makanya sekarang banyak digunakan teknologi nano di salon2,dimana menggunakan partikel yang sangat kecil sehingga bisa dengan mudah masuk ke kulit.
TINGKATAN INFLAMMASI
Tingkatan dari inflammasi yang terjadi pada kulit juga sangat mempengaruhi pada pemberian obat. Pada inflammasi akut, lesi biasanya akan berair. Tentunya kita sebagai seorang dokter akan dengan cerdas memilih menggunakan obat-obatan yang banyak airnya semacam cream dsb. Nah kalo inflammasi nya itu udah kronis, yang biasanya lesi nya itu sudah mengering dan pecah-pecah,kita akan memilih obat-obatan yang lebih banyak lemaknya, misalnya salep dsb. Selain untuk mencegah penguapan (yang bikin kulit tambah kering), salep juga akan mudah diapsorpsi pada inflammasi kronis.
FORMULASI TOPIKAL
Setiap obat topikal pasti ada pembawanya untuk lebih mudah di absoprsi oleh kulit. Pembawa obat itu semacam yang mengantarkan zat aktif obat tersebut untuk sampai pada targetnya, kemudian melepaskan zat aktif tersebut. Kriteria formulasi pembawa obat yang ideal adalah sbb :
1. Memberikan keuntungan yang tidak spesifik, maksudnya bisa dipakai untuk semua jenis obat.
2. Stabil
3. Tidak menimbulkan iritasi atau alergi
4. Dapat melepaskan zat aktif obat pada permukaan kulit
Yakni afinitas zat aktif obat di pembawa harus lebih kecil dibandingkan afinitas zat aktif obat di permukaan kulit. Sehingga nantinya obat dengan mudah lepas dari pembawanya dan masuk ke kulit.
5. Memiliki toleransi yang baik
ZAT AKTIF/ SUBSTANSI AKTIF PADA OBAT
Kriteria zat aktif pada obat topikal pada kulit adalah sebagai berikut :
1. Tergantung kebutuhan, misalnya kalo obat yang dibutuhkan antimikroba ya nantinya zat aktifnya akan berisi antibiotik, kalo antiinflammasi ya nanti isinya kortikosteroid, dsb.
2. Konsentrasinya rendah, yakni bila dibandingkan dengan obat sistemik yang nantinya harus melewati seluruh tubuh. Obat topikal konsentrasinya rendah karena langsung bekerja di targetnya.
3. Afinitas ke kulit tinggi, biasanya obat-obatan lipofilik akan memiliki afinitas yang lebih tinggi dibandingkan yang hydrofilik.
4. Memiliki absoprsi sistemik yang sedikit, karena tidak melewati jalur GIT
5. Non liver activation, artinya tidak mengalami aktivasi atau metabolisme oleh hepar karena tidak lewat GIT. Aktivasi obat dilakukan secara alami.
6. Pada obat-obatan antibacterial, yakni antibiotik akan lebih sulit untuk menimbulkan resistensi bakteri.Karena obat yang diberikan rutenya tidak melewati GIT dan diabsoprsi secara sistemik oleh seluruh tubuh, makanya efek nya tidak begitu luas.
7. Lebih murah dibandingkan obat-obatan sistemik
Sekarang kita bahas sediaan masing2 obat yaak..
Sebelumnya pelajari dulu ya bagan ini..
Secara umum, bentuk obat topikal pada kulit ada 3 jenis, yakni padat (bedak), air, dan lemak (salep). Nah, cara bacanya adalah kalo zat padat (bedak) dicampur dengan air akan menjadi yang namanya lotion. Kalo bedak dicampur dengan lemak akan jadi yang namanya pasta. Dst..paham kan?? Lanjuut..
Bedak/Powders
· Bersifat higroskopis : menarik air, menghindari trjadinya friksi (gesekan), serta biasanya untuk kosmetik
· Terdiri dari :
Zinc oxyd : merupakan antiseptik, dan akan menutup pori-pori
Magnesium silikat : untuk menjaga kulit kering dan memperhalus
Stearic : Meningkatkan perlekatan kulit (biasanya banyak pada bedak compact)
· Kerugian : mudah terhirup, dan membentuk jendalan ketika kondisi kulit basah
· Biasanya digunakan sebagai anti gatal (antipruritus), kosmetik, fungisida
· untuk kondisi inflammasi akut dan subakut
Pasta
· Partikelnya padat tapi basah
· Merupakan hasil pencampuran bedak (powders) dengan minyak (lemak) dan air (dalam jumlah yang sedikit).
· Biasanya berupa obat-obatan herbal seperti tapal, bobok dll
· Merupakan pembersih luka yang baik karena akan menyerap air
· Bermanfaat untuk luka di kondisi akut dan subakut
Salep/Ointments
· Bersifat okklusif (menutupi luka)
· Akan menghidrasi kulit, yakni mencegah terjadinya penguapan
· Merupakan sediaan yang semi solid dan mudah untuk dioleskan
· Protektif : yakni memisahkan kulit dengan lingkungan disekitranya
· Lubrikan : mengurangi kekasaran kulit, menjaga kelembaban kulit.
· Tidak cocok untuk inflammasi akut, karena pada inflammasi akut luka masih banyak airnya, sehingga apabila diberi salep justru air tersebut tidak akan dapat menguap. Selain itu, karena salep larut dalam lemak maka lebih sulit untuk menembus air nya.
Efek lainnya pada inflammasi akut adalah akan mencegah terjadinya radiasi panas dan menyebabkan timbulnya vasodilatasi pembuluh darah kapiler, akibatnya inflammasi akan lebih mudah menyebar ke lokasi lain.
· Tepat digunakan untuk kondisi inflammasi kronis. Karena pada inflammasi kronis,luka bersifat kering dan kasar. Sehingga salep akan membantu menghidrasi dan menjaga kelembaban kulit yang luka tersebut.
Absoption based ointment
· Komposisinya adalah water soluble lipid, misalnya lanolin, cholesterol, alcohol ester (sorbitan monostaeric)
· Merupakan emulsi lubrikan yang bersifat hidrofilik
· Memiliki sifat proteksi dan emollients yang baik
· Stabil tanpa bahan pengawet
· Tidak larut dalam air, namun mudah untuk dibersihkan
· Digunakan untuk luka dermatosa sub akut dan kronik
Water in Oil Cream (W/O Cream)
· Merupakan formulasi dimana jumlah air (<25%) didalam lemak (>75%)
· Membutuhkan emulsifier (surfaktan) antara lain SLS, Tweem dan Quaternary sulphate
· Merupakan agen pengawet
· Bersifat protektif dan memperlambat terjadinya evaporasi dari air
· Mudah untuk di aplikasikan
· Berfungsi sebagai penghalus, pendingin, penenang dan mengurangi pengeringan
· Digunakan untuk luka dermatosa sub akut sampai kronik
Oil in Water Cream (O/W Cream)
· Komposisi formulasi terdiri dari lemak (<31%) pada air (31-80%)
· Menggunakan parabens sebagai pengawet
· Menggunakan humectants untuk mencegah terjadinya pengeringan ketika disimpan (cethyl atau stearyl alcohol)
· Mudah diaplikasikan
· Berfungsi menenangkan, menghaluskan, mendinginkan dan memiliki efek pengeringan yang sedikit
· Digunakan untuk dermatosa sub acute dan acute
· Paling disukai sebagai obat topikal
Ointment based Gel
· Merupakan Solid Prohphelene Glicol (MW :4000) atau liquid PEG
· Larut dalam air
· Tidak membutuhkan pengawet
· Kurang oklusif jika dibandingkan dengan W/O cream
· Absorbsi rendah, hanya terbatas untuk permukaan kulit saja
· Biasanya berupa antimikosis ataupun antibacteria
· Digunakan untuk dermatosa akut
Watery based Gel
· Terdiri dari air, PEG dan selulosa
· Bahan aktif akan terkonsentrasi setelah penguapan air terjadi
· Biasanya untuk rambut
· Absorpsi kulit rendah
· Digunakan untuk dermatosa akut
Liquid Formulation
· biasanya untuk dermatosa akut
· berupa lotions maupun solutions
Ø Lotion :
ü Merupakan material tidak larut (<20%) yang terdapat di air
ü Biasanya dikocok terlebih dahulu seblum dipakai
ü Dapat digunakan untuk area yang luas
ü Dan merupakan favorit pada anak-anak karena biasanya menimbulkan efek dingin ketika dipakai
Ø Solutions :
ü Merupakan partikel homogenous yang tercampur pada air
ü Terdiri dari alkohol, lemak dan air
ü Ada beberapa jenis, misal : tincture (alkohol<50%), koloid fleksibel (pyroxilline +ethanol), liniment (bedak+air+lemak)
ü Befungsi untuk astringents, antigatal, melawan iritan dan analgesik.
Nantinya, baik solution maupun lotion ini akan memiliki efek yang baik untuk dermatosa akut. Karena liquid formation ini memiliki kemampuan sebagai berikut :
Ø Mencuci lemak di permukaan kulit
Ø Mendilusi serum
Ø Meningkatkan evaporasi air
Ø Meningkatkan radiasi kalor
Sehingga efek yang ditimbulkan pada dermatosa akut yang lukanya masih berair dan panas sangatlah bagus. Karena liquid formation ini akan mendinginkan dan mengeringkan luka sehingga pengobatan menjadi lebih cepat. Sebailknya apabila digunakan pada dermatosa kronik yang jenis lukanya sudah kering dan pecah-pecah, tidaklah bagus. Hal ini dikarenakan liquid formation akan menyebabkan luka bertambah kering dan pecah-pecah.
EFEK SAMPING OBAT TOPIKAL PADA KULIT
Efek samping pada obat bisa ditimbulkan oleh :
· Substansi aktif pada obat tersebut
· Pengawet yang digunakan
· Parfum yang dipakai obat tersebut
· Dan komponen pembawa obat tersebut
Nantinya, efeknya akan dapat ke sirkulasi sistemik dan menimbulkan gejala, antara lain : toksisitas, alergi kontak, iritan kontak,infeksi bateri sekunder dan comedogenic.
CARA PENULISAN RESEP OBAT TOPIKAL
1. Tentukan jumlah obat yang akan diberikan
· Terlalu banyak : mahal dan ada risiko berbagi obat
· Terlalu sedikit : tidak menyembuhkan dan menyebabkan ada pengulangan resep
2. Tentukan formulasi topikal yang tepat sesuai dengan tingkatan inflammasi yang terjadi
3. Tentukan substansi aktif, kelarutan, kompatibilitas dan konsentrasinya.
4. Pencampuran 2 atau lebih produk akan mempengaruhi konsentrasinya
5. Pencampuran dengan asam dan basa akan mempengaruhi stabilitas obat
Langsung ke contohnya aja yaaa..
Coba dibandingkan dengan yang ini yaa…
Sepintas memang hampir sama kan? Ternyata ada bedanya lho. Yakni tulisan ad dibagian white petroleumnya itu. Nah, apa sih fungsinya tulisan “ad” itu?
Jadi kan kita ingin membuat sediaan obat untuk luka dengan komposisi asam salisilat 3%, asam benzoat 6%, liquor carbon detergent 10%, lanolin 10 (untuk melarutkan detergent nya), dan nantinya ditambah white petroleum sampai 30 g.
Nah, kalau kita pake kata “ad” tadi itu, maka white petroleum akan ditambahkan hingga total beratnya 30 g, sedangkan kalo ndak pake kata “ad” jadinya white petroleum nya yang ditambah itu 30 g, jadinya berat totalnya jadi 45 g.
Tentunya hal ini salah kan, karena otomatis komposisi asam salisilat dkk nya jadi berkurang dari yang biasanya. Yang mestinya 3% , jadi kurang dari 3 %. Kok bisa? Soalnya 0.9 gr salisilat kalo dibagi 30 g total berat kan jadinya jumlahnya 3%, kalo berat totalnya 45 g jadinya persen salisilat dalam obat menjadi berkurang. Pahamkan teman2??
Alhamdulillah, sudah selesai..mohon maaf kalo kelebihan atau kekurangan. Semoga tulisan ini bermanfaat ya. Kritik dan saran ku tunggu selalu.
Keep Moving Forward! ^^
“Hak orang lain atasmu, indahkanlah..
Hak mu atas orang lain, abaikanlah..”
(Bapak,2007)
*selengkapnya bisa di download di forum hsc yaa
0 komentar:
Posting Komentar
feel free to drop any comments, friends! ^^