Sabtu, 17 Juni 2017
Sabtu, Juni 17, 2017
No comments
Komunikasi Produktif (Day 10)
Bismillahirrahmaanirrahiim
In The Name of Allaah The Most
Gracious The Most Merciful
Tulisan terkahir dari tantantang
sepuluh hari Komunikasi Produktif. Alhamdulillaah J
1. Komunikasi Produktif dengan
Suami
Setelah hari sebelumnya saya
sempat merasakan kesalahan dalam menyampaikan pesan saya kepada suami, saya
berusaha memperbaiki hal itu. Suami dan saya sama-sama menyadari bahwa sesi
telepon terakhir tidak berakhir dengan cukup baik, dan kami sama-sama tidak
nyaman dengan itu. Melalui WA suami saya berusaha menyampaikan yang beliau
rasakan. Dan itu menjadi kesempatan bagi saya untuk memperbaiki cara saya
menyampaikan pesan itu ke suami juga.
Saya memberikan penjelasan pada
suami tentang apa yang tadi kita bahas. Saya juga menyampaikan maksud dari
obrolan saya tadi seperti itu, dan respon yang saya inginkan dari suami seperti
apa. Alhamdulillaah suami menerima, saya pun juga menerima maksud dari suami.
DI akhir sesi kami sama-sama meminta maaf dan saling memaafkan. J
2. Komunikasi Produktif dengan
Anak
Pada poin ini masih tentang
memberikan “Pilihan”. Saya masih ingin terus belajar memberikan pilihan dan
kesempatan pada Akhfiya. Kali ini tentang makanan yang ingin ia makan. Di usia
7 bulan saat ini, saya dibuat kagum dengan kemampuan Akhfiya yang mulai
menunjukkan kemauannya, termasuk memilih makanan yang ia inginkan untuk
disantap.
Akhfiya biasanya sangat mudah
disuapi, apalagi jika makanan itu merupakan masakan bikinan saya sendiri. Tapi
sore ini tiba-tiba Akhfiya sangat suliit makan. Saya yang bingung akhirnya
mencoba merecall memori saya, dan ternyata selama 3 hari terakhir saya memasak
menu yang sama buatnya. Ia bosan ternyata J
Akhirnya saya ajak untuk bicara, sambil bertanya menu apa yang ingin ia makan
hari ini. Akhfiya menjawab dengan celotehan yang saya sendiri tidak tahu
artinya apa hehe. Dan ketika saya dekatkan dengan bubur beras merah, dia ingin
sekali meraihnya. Alhamdulillaah sore itu Akhfiya makan lahap dengan bubur
beras merah. ^^
Penutup : Setelah sepuluh hari
mempraktikkan komunikasi produktif, saya merasa banyak sekali kekurangan dari
diri saya. Namun saya bersyukur karena kali ini saya sudah lebih siap dengan
panduan komunikasi produktif tersebut. Poin-poin dalam komunikasi produktif tersebut
dapat menjadi pengingat dan indikator bagi saya dalam belajar mengamalkan
keterampilan tersebut. Kedepannya saya ingin terus berlatih menerapkan
poin-poin tersebut, agar dapat menjadi sebuah kebiasaan yang akan saya bawa
hingga seterusnya. Aamiin J
#day10
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Sabtu, Juni 17, 2017
No comments
Komunikasi Produktif (Day 9)
Bismillaahirrahmaanirrahiim
In The Name of Allaah The Most
Gracious The Most Merciful
Sebuah tulisan mengenai
Komunikasi Produktif di hari kesembilan.
1. Komunikasi
Produktif dengan Suami
Pada komunikasi
hari ini, saya belajar pentingnya kalimat “I am responsible for my communication
result”. Bahwa ternyata apabila penerima pesan tidak bisa menangkap maksud dari
pemberi pesan, maka itu tanggung jawab dari pemberi pesan. Setiap komunikator
(pemberi pesan) akan bertanggung jawab atas hasil komunikasi yang ia lakukan.
Hari ini pun demikian.
Setelah sekian waktu saya dan suami tidak telponan dalam jangka waktu dan
kualitas yang cukup baik, kami bisa telponan kembali di malam hari. Awalnya
pembicaraan ini berlangsung lancar, masing-masing merasa senang bisa
mengalirkan perasaannya. Namun menjelang akhir, ada satu topik yang saya bahas
dan ternyata saya tidak mendapatkan respon yang baik dari suami. Saya yang
sedikit menahan kecewa dan sedih akhirnya terdiam cukup lama. Suami juga
demikian. Akhirnya kami menelpon sesi telepon hari itu dengan perasaan yang
masih mengganjal :’(.
2. Komunikasi
Produktif dengan Anak
Pada hari ini,
masih tentang memberikan “Pilihan” pada anak. Saya berusaha terus
mengaplikasikan cara memberikan pilihan ke Akhfiya dengan baik. Apapun
aktivitas yang akan ia lakukan saya berusaha memberikan dan menanyakan ke
Akhfiya. Meski mungkin ia belum sepenuhnya mengerti dan hanya memandang balik
ke saya sambil tersenyum. Saya biasanya berusaha menerjemahkan bahasa tubuh dan
mata si kecil atas pilihan-pilihan yang saya berikan.
Sebagai contoh,
saat memilih buku bacaan. Di antara berbagai koleksi buku yang ia miliki, saya
mengajaknya memilih buku mana yang ingin ia baca hari itu. Akhfiya sudah
memiliki satu buku favorit sejak kecil, dan ia selalu suka melihat
gambar-gambar di buku itu. Saya menghormati pilihannya dan kembali membacakan
buku itu dengan gembira J
#day9
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Sabtu, Juni 17, 2017
No comments
Komunikasi Produktif (Day8)
Bismillaahirrahmaanirrahiim
In The Name of Allaah The Most
Gracious The Most Merciful
Tulisan tentang Komunikasi
Produktif hari kedelapan.
1. Komunikasi
Produktif dengan Suami
Komunikasi
Produktif dengan suami kali ini mulai menginjak di poin selanjutnya yakni. “Intensity
of Eye Contact”. Pada poin ini seperti poin 7-38-55 saya tidak bisa
mempraktikkannya secara maksimal karena saya dan suami sedang berjauhan.
Kondisi kami yang sedang LDM membuat kami kesulitan mempraktikkannya. Namun
Alhamdulillaah ada nikmat teknologi, kami masih bisa bervideo-call saat
berkomunikasi.
Melalui
video call saya berusaha menjalin kontak mata dengan suami. Hal ini agak sulit
dilakukan, mengingat ketika video call saya seringnya sambil menggendong anak
atau mengerjakan aktivitas lainnya. Tapi saat hari bervideo call dengan suami,
saya berusaha sebisa mungkin untuk menatap mata beliau. Saya harus meluangkan
waktu khusus untuk video call agar tidak terganggu oleh aktivitas lainnya.
Alhamdulillaah kali ini berjalan cukup lancar.
2.
Komunikasi Produktif dengan Anak
Pada
hari ini saya ingin beranjak pada poin selanjutnya yakni “Memberi Pilihan”.
Pada poin ini saya berusaha untuk memberikan
pilihan pada Akhfiya. Meski ia masih sangat kecil, saya berusaha untuk
mengajaknya bicara. Memberikan pilihan buat si kecil dimulai dari hal-hal yang
sederhana, seperti ketika akan memilih baju. Saat akan mandi, saya gendong dia
untuk ke lemari pakaiannya sambil mengajaknya bicara. Saya tanya, “Akhfiya mau
pakai baju apa hari ini?”. Sambil bertanya saya bantu dia melihat baju-bajunya.
Akhfiya tampak senang ketika saya ajak memilih bajunya J
#day8
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Rabu, 14 Juni 2017
Rabu, Juni 14, 2017
No comments
Komunikasi Produktif (Day 7)
Bismillaahirrahmaanirrahiim
In The Name of Allaah The Most
Gracious The Most Merciful
Sebuah tulisan tentang komunikasi
produktif di hari ketujuh. Mari langsung kita bahas ya J
1. Komunikasi
Produktif dengan Suami
Setelah hari
sebelumnya kaidah 7-38-55 belum bisa saya praktikkan dengan maksimal, hari ini
saya akan berlatih untuk mempraktikkannya. Hari ini saya bertekad ketika suami
menelpon, apapun kondisi yang sedang saya hadapi di rumah saya akan berusaha
untuk menggunakan intonasi suara yang ceria dan menyenangkan saat menerimanya.
Salah satu trik saya untuk melakukannya adalah berusaha tersenyum terlebih
dahulu sebelum menerima telepon dari suami. Alhamdulillaah ternyata cara ini
cukup berhasil untuk saya.
Dan ternyata
ketika saya mampu menjaga kondisi hati saya tetap bahagia saat telpon dengan
suami, perasaan bahagia itu akan tergandakan. Saya pun bisa menularkan
kebahagiaan saya dengannya meski beliau hanya mendengar suara saya. Suami saya
cukup sensitif untuk mengetahui perasaan yang sedang menggelayuti hati saya
ketika sedang telponan. Saya pun demikian. Karena kondisi berjauhan seperti ini
kami hanya bisa menebak perasaan pasangan dari kata-kata dan suara yang di
perdengarkan. Alhamdulillaah sejauh ini kami terus berusaha untuk maksimal
dalam mempraktikkannya J
2. Komunikasi
Produktif dengan Anak
Saya hari ini
masih ingin belajar untuk menunjukkan empati pada anak. Setelah kemarin saya
berusaha untuk memahami perasaan Akhfiya, kini saya ingin ia juga belajar
berempati pada sesama. Buat saya untuk mengasah empati anak, maka kita pun juga
harus menunjukkan empati kita. Meski mungkin sepele, ternyata dari hal-hal
kecil itulah ia akan belajar untuk berempati.
Hari ini seperti
biasa, Akhfiya bermain bersama kakak sepupunya, kak Khansa dan mas Raffa.
Seperti biasa ketika bermain, pasti anak-anak akan saling berebut mainan, atau
tidak sengaja memukul karena asyik bermain. Begitupun AKhfiya. Ketika ia sedang
asyik dengan mainannya, tanpa sengaja tangannya bergerak sehingga memukul kak
Khansa tanpa sengaja. Kak Khansa mengadu pada saya, dan saya yang melihat itu
segera meresponnya. Saya melihat ke kak Khansa apakah dia baik-baik saja,
setelah itu saya berusaha memberikan pengertian bahwa dek Akhfiya tidak sengaja
melakukannya, dan meminta maaf pada Kak Khansa. Saya juga mengajarkan pada
Akhfiya untuk meminta maaf pada kakaknya sambil mengulurkan tangan untuk
bersalaman. Alhamdulillaah Kak Khansa mau memaafkan, Akhfiya pun juga tampak
senang.
Saat ini Akhfiya
masih berusia 7 bulan. Meski mungkin ia belum sepenuhnya memahami, saya akan
berusaha terus untuk mengasah empatinya untuk sesama. Dan ternyata semua itu
bisa dilakukan dengan cara-cara yang sederhana, cara-cara yang dekat dengan
keseharian kita . J
#day7
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Senin, 12 Juni 2017
Senin, Juni 12, 2017
No comments
Komunikasi Produktif (Day 6)
Bismilillaahirrahmaaniraahiim
In The Name of Allaah The Most
Gracious The Most Merciful
Setelah vakum beberapa hari, kini
saatnya kembali menulis tentang update tantangan di level 1 Kelas Bunda Sayang.
Yuk mari langsung saja,
1. Komunikasi
Produktif dengan Suami
Setelah beberapa
waktu menjalani komunikasi produktif dengan suami dan menerapkan dua poin yakni
“Choose the right time” dan “Clear and clarify”, kini saya ingin beralih ke
poin selanjutnya. Poin selanjutnya yang saya pilih adalah “Kaidah 7-38-55”.
Pada poin ini dibahas bahwasanya dalam melakukan komunikasi produktif bahasa
tubuh kebih nyaring dari kata-kata. Dalam komunikasi 55% berisi bahasa tubuh,
38% nada suara, dan sisanya hanya 7% yang ditentukan oleh kata-kata.
Sebenarnya saya
kesulitan dalam menjalani poin ini karena saat ini saya sedang berjauhan dengan
suami. Jarak yang membentang menjadikan saya kesulitan mempraktikkan poin ini.
Karena selama ini komunikasi kami hanya via video call atau telepon saja. Saya
tidak bisa menunjukkan bahasa tubuh, dan tidak juga bisa melihat bahasa tubuh
suami dalam berkomunikasi. Dalam komunikasi kami, hanya dua hal yang bisa
maksimal : kata-kata dan intonasi suara.
Hari pertama
mempraktikkan kaidah ini saya merasa gagal. Hal ini karena ketika menerima
telpon dari suami saya sedang belum siap. Saat itu saya sedang menyuapi si
kecil sehingga saya tidak bisa leluasa berbincang. Nada dan intonasi saya pun
masih biasa aja, tidak maksimal. Saya merasa masih harus belajar banyak dalam
poin ini. Terutama ketika saya merasa tidak enak hati saat menerima telepon
karena situasi yang sedang tidak mendukung, missal sedang mengantuk, lapar, bad
mood dsb. Sebuah tantangan bagi saya untuk bisa mempertahankan intonasi saya agar
tetap terdengar baik di telinga suami. Insyaa Allah besok akan saya coba
kembali.
2. Komunikasi
Produktif dengan Anak
Di bagian
komunikasi produktif dengan anak, saya memilih poin selanjutnya yakni, “Menunjukkan
Empati”. Entah mengapa saya merasa saat Akhfiya sakit kali ini dia menjadi jauh
lebih rewel dibandingkan sakit demam yang sebelumnya. Akhfiya sangat mudah
menangis dan tidak mau lepas dari saya. Ketika saya tinggal sebentar saja, ia
sudah menangis. Apalagi terkadang tante Ufa (adik saya) senang sekali menggoda
Akhfiya. Membuat ia jadi tambah gampang menangis.
Hal ini membuat
saya ingin belajar untuk lebih memahami perasaannya. Saya coba melihat kedalam
matanya, dan mengajaknya bicara. Saya coba menenangkan dan menghibur hati
Akhfiya saat ia menangis. Saya berusaha menunjukkan empati saya ke Akhfiya
dengan sebaik mungkin. Saya merasa dengan demikian ia akan merasa bahwa ia
tidak sendiri, dan ia tak perlu khawatir karena ada Miya nya yang selalu
menemaninya. J
#day6
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Kamis, 08 Juni 2017
Kamis, Juni 08, 2017
No comments
Komunikasi Produktif (Day 5)
Bismillaahirrahmaanirrahiim
In The Name of Allaah The Most
Gracious The Most Merciful
Menginjak hari kelima pada
tantangan 10 hari mempraktikkan Komunikasi Produktif. Mari kita bahas J
1. Komunikasi
Produktif pada Suami
Pada hari ini
kembali saya masih ingin belajar untuk mempraktikkan poin “Clear and clarify”.
Namun berbeda dengan hari sebelumnya dimana saya yang mempraktikan, kini saya
belajar menjadi partner berlatih komunikasi suami. Saya mempersilakan (meski
tidak bilang pada beliau) untuk menggunakan poin ini ketika bercerita, dan saya
akan mengklarifikasi dan merespon beliau sebaik yang saya bisa.
Kami seperti
biasa memulai sesi telponan kami dengan bertanya kabar hari ini. Saya memancing
suami dengan pertanyaan-pertanyaan terbuka untuk membiarkannya mengalirkan
perasaannya. Ketika saya tanya bagaimana perasaannya hari ini, beliau memulai
ceritanya. Ujian semester genap sudah menjelang, dan beliau merasa sangat cemas
sekaligus khawatir dengan ujian tersebut. Dengan runtut suami menjelaskan
persiapannya masih terasa kurang, di tambah soal-soal dan rumus yang dikerjakan
sebagai latihan ujian juga cukup sulit. Suami merasa sangat takut dengan ujian
kali ini. Dan saya berusaha mendengarkannya mengalirkan perasaannya.
Setelah suami
selesai bercerita, giliran saya untuk merespon beliau. Saya tanya sudah sejauh
mana persiapan yang ia lakukan. Apa saja hal-hal yang membuatnya cemas dan
khawatir. Saya juga mengklarifikasi perasaan takut beliau,kira-kira bersumber
dari mana. Lalu saya bantu beliau untuk mengcounter perasaan tersebut dengan optimisme.
Bahwa ia sudah belajar dengan baik, dan melakukan persiapan jauh-jauh hari.
Selain itu saya berusaha menenangkan hati beliau, dengan berkata bahwa do’a
saya selalu ada untuknya. Semoga ujian yang akan beliau hadapi akan berjalan
lancar dan memuaskan. Aamiin.
Alhamdulillaah suami
saya bisa menerima respon dan masukan dari saya dengan terbuka dan baik J
2. Komunikasi
Produktif pada Anak
Hari ini poin “
Mengatakan yang Diinginkan” masih ingin saya praktikkan. Kali ini, setelah
paginya imunisasi, Akhfiya mendadak
demam siang harinya. Saya berusaha mengobservasi kondisinya dengan sebaik
mungkin. Namun menjelang sore hari panas Akhfiya tak kunjung turun. Akhirnya
saya memutuskan untuk memberikannya penurun panas. Ketika di gendong dengan
kain jarik, dan diposisikan untuk diminumi obat Akhfiya sudah berontak. Ia
menangis sambil meronta-ronta berusaha melepaskan dirinya. Dengan sedikit
terpaksa, akhirnya obat itu diminumkan. Hasilnya, justru ia menangis dan muntah
banyak. Duh sedih sekali perasaan saya saat itu.
Malamnya, panas
Akhfiya tak kunjung turun lagi. Saya
yang cemas akhirnya memutuskan untuk memberikan penurun panas kembali.
Alhamdulillaah, Akhfiya saat itu tiba-tiba terbangun dari tidurnya, sehingga
saya tidak perlu membangunkannya. Saya ajak ngobrol Akhfiya sebentar, kemudian
saya katakana padanya bahwa kita akan minum obat, agar panas Akhfiya cepat
turun. Dan betapa saya membutuhkan kerjasamanya untuk itu. Saya tidak memilih
untuk meminumkan obat dengan cara sebelumnya karena khawatir ia akan trauma.
Maka saya memilih untuk meletakkannya di kursi makan, sambil saya berikan
sesendok kecil air putih terlebih dahulu. Sembari menikmati, sedikit-sedikit
saya masukkan obat sesuai takaran dalam sendok tersebut. Hasilnya, Akhfiya bisa
habis minum obat, tanpa paksaan dan tangisan. Alhamdulillah ^^.
#day5
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Rabu, 07 Juni 2017
Rabu, Juni 07, 2017
No comments
Komunikasi Produktif (Day 4)
Bismillaahirrahmaanirrahiim
In The Name of Allaah The Most
Gracious The Most Merciful
Hari keempat melakukan praktik
Komunikasi Produktif dengan suami dan anak. Langsung saja yuk kita bahas,
1. Komunikasi
Produktif dengan Suami
Hari ini saya
masih tetap ingin melaksanakan poin “Clear and clarify”. Saat kondisi berjauhan
dengan suami seperti ini, yang bisa saya lakukan untuk mengalirkan rasa hanya
via suara atau video call saja. Namun itu tak menghalangi kami untuk tetap
berkomunikasi secara intens dan berkualitas. Seperti yang sudah diceritakan
pada hari sebelumnya, kemarin saya curhat pada suami tentang permasalahan di
rumah, yang berujung pada surat cinta dari suami untuk saya J
Saya berusaha
mempraktikkan nasihat dari suami sebaik mungkin. Namun, tampaknya saya gagal
menjalankan nasihat dari beliau. Permasalahan yang saya hadapi bertambah pelik.
Setelah menangis, saya berusaha menghubungi suami via WA dan meninggalkan pesan
yang menyatakan bahwa saya ingin sekali ngobrol dengan beliau. Siangnya, saat
suami sudah membaca pesan saya (karena disana baru pagi hari), kami pun
telponan kembali.
Saya mengawali
diskusi dengan bertanya, apakah beliau sedang sibuk karena ini menjelang ujian
semester genap. Alhamdulillaah di tengah rutinitas kuliah beliau disana, suami
selalu menyediakan waktu untuk mendengarkan obrolan saya. Ia mempersilakan
cerita saya dan mendengarkannya dengan seksama.
Saya meminta
maaf karena tenyata saya belum sanggup mempraktikkan nasihat dari beliau, meski
saya tahu itu sangatlah benar. Saya menyesal dan sedih sekali saat itu. Hati
saya terluka karena permasalahan yang sedang saya hadapi, sehingga saya sering
sekali terbawa perasaan ketika membahas itu dengan suami. Isak tangis, suara
sesenggukan mewarnai telpon saya siang itu. Suami saya begitu sabar mendengar
uraian saya, sambil sesekali meresponnya. Akhirnya kami pun berdiskusi kembali
dan menetapkan sebuah keputusan yang terbaik untuk saat ini. Sebuah keputusan
yang insyaa Allaah menjadi jalan tengah dari permasalahan yang saya hadapi saat
ini.
Sungguh saya
teramat bersyukur memiliki suami yang selalu ada untuk saya, meski jarak terasa
menjauhkan kami. Beliau selalu berkata, bahwa apapun yang ingin saya sampaikan
padanya adalah hal penting. Tidak ada yang tidak penting untuknya bila
menyangkut diri saya dan Akhfiya. Hati saya teramat berbahagia ketika
mendengarnya. Alhamdulillaah.
Hari ini saya
belajar, bahwa ternyata ketika saya mampu mengungkapkan perasaan saya dengan
jelas dan tepat, saya akan merasa damai dan tenang. Setelah berdiskusi dengan
suami, saya merasa hati saya lebih enteng dan tentram. Permasalahan yang
awalnya terasa amat berat bagi saya, kini terasa lebih ringan.
2. Komunikasi
Produkti dengan Anak
Hari ini saya
masih ingin membahas poin “Mengatakan yang Diinginkan” bersama Akhfiya.
Ternyata terasa menyenangkan ketika saya berusaha mengajak bicara Akhfiya. Saya
selalu berusaha untuk meminta izin dan memberikan pengertian kepadanya ketika
saya ingin melalukan sesuatu. Semisal, saya ingin pergi sebentar ke swalayan dekat
rumah, saya izin Akhfiya.
“Nak, Miya mau
pergi sebentar ya beli susu untuk sahur nanti. Akhfiya di rumah dulu ya sama
mbak Ami, baik-baik di rumah ya Miya cuma sebentar aja kok”
Dan saya
mengakhir kalimat saya dengan senyuman dan kecupan untuknya. Alhamdulillaah,
Akhfiya ikut tersenyum melihat saya tersenyum. Saya pun merasa tenang ketika
meninggalkannya sebentar.
Ketika pulang
dari swalayan, saya disambut oleh senyuman darinya yang teramat manis. Setelah
mencuci tangan, saya segera menggendongnya kembali. Ia tampak sangat senang
ketika saya gendong dan cium. Alhamdulillaah J
#day4
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Rabu, Juni 07, 2017
No comments
Komunikasi Produktif (Day 3)
Bismillaahirrahmaanirrahiim
In The Name of Allaah The Most
Gracious The Most Merciful
Seperti sebelumnya, pada
postingan kali ini saya kembali akan membahas tentang tugas tantangan Game
Level 1 di kelas Bunda Sayang. Hari ini adalah hari ketiga ya, yuk kita bahas J
1. Komunikasi
Produktif pada Suami
Hari ini saya
masih berkutat dengan poin “Clear and clarify”. Setelah pembahasan mengenai
visa UK kemarin usai, hari ini kami berdiskusi tentang sebuah masalah internal
keluarga di rumah. Masalah yang cukup menyita hati saya, karena membuat saya
merasa tidak nyaman dengannya. Saya mengawali sesi telpon malam itu dengan
bertanya terlebih dahulu apakah beliau disana baik-baik saja, apa yang sedang
ia rasakan hari ini, dan apakah ia sedang sibuk? Well, karena saya ingin
membahas sesuatu yang membutuhkan konsentrasi beliau. Beliau pun
menyanggupinya.
Saya kemudian
berusaha terbuka tentang masalah yang sedang saya hadapi di rumah. Apa yang
sebenarnya masih saya rasakan, kekecewaan, rasa sedih, gundah, dan sakit hati.
Saya dengan jelas memberikan gambaran akan suasana hati saya saat itu. Saya katakan
pada beliau, betapa saya membutuhkan kehadiran beliau saat ini, nasihat, serta
pelukan untuk saya. Setiap perasaan yang saya rasakah teralirkan dengan alami.
Beliau pun merespon dengan cukup baik, berusaha mendengarkan terlebih dahulu
apa yang sedang saya rasakan, baru setelah itu mulai bertanya, dan memberikan
masukan.
Alhamdulillaah,
saya tutup sesi telepon malam itu dengan permintaan kepada beliau berupa
nasihat dan masukan bagi saya atas permasalahan yang sedang saya hadapi. Ia
tidak harus menasihati saya langsung saat itu, karena memang waktu terbatas
untuk menelpon. Ia bisa memberikan saya nasihat kapanpun ia siap, dan saya
teramat menantikannya. Dan betapa saya merasa terharu, ketika saya terbangun,
saya sudah mendapatkan surat cinta dari suami di WA. Suami menuliskan nasihat
dengan begitu indah, begitu menyentuh hati saya. Saya bisa merasakan cinta yang
dalam dan kebaikan yang ia inginkan untuk saya dalam tulisannya. Nasihat yang
menyentuh hati saya, dan mengisi relung-relungnya dengan rasa cinta.
2. Komunikasi
Produktif pada Anak
Hari ini setelah
dua hari praktik melakukan poin “Intonasi dan Suara yang Ramah” pada anak, saya
sudah merasakan perubahan yang cukup signifikan pada Akhfiya. Kali ini saya
ingin beranjak pada poin selanjutnya, yakni “ Mengatakan yang Diinginkan”. Agak
sulit memang mempraktikkan ini pada anak usia 7 bulan yang masih belum bisa
berbicara. Namun, saya percaya apapun pesan yang akan saya sampaikan, meski ia
tidak bisa menjawab , ia sebenarnya memahami itu.
Saya berusaha
mengajaknya bicara ketika akan melakukan sesuatu. Mengajaknya mandi, makan,
bermain dan aktivitas lainnya. Saya berusaha meminta izin dan melakukan
pendekatan (sounding) tentang apa yang ingin saya lakukan, termasuk didalamnya
adalah tentang puasa. Saya izin kepadanya untuk berpuasa, dan meminta maaf jika
nanti ASI yang ia minum akan sedikit berkurang. Namun saya berjanji untuk
mengganti kebutuhan ASI nya dimalam hari ketika sudah berbuka. Meski ia belum
menjawab dengan kata-kata, ia merespon dengan pandangan mata yang menyejukkan
hati saya. Saya belajar, bahwa di usia sekecil itu Akhfiya ternyata terus dan terus
belajar untuk memahami dan merespon apapun yang saya sampaikan kepadanya. Alhamdulillaah
J
#day3
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Selasa, 06 Juni 2017
Selasa, Juni 06, 2017
No comments
Komunikasi Produktif (Day2)
Bismillaahirrahmaanirrahiim
In The Name of Allaah The Most Gracious
The Most Merciful
Pada kesempatan kali ini kita
akan membahas hari kedua di Game Level 1. Langsung saja ya,
1. Komunikasi
Produktif pada Suami
Pada hari kedua
berlatih komunikasi produktif pada suami, saya mencoba beralih ke poin
selanjutnya yakni, “Clear and clarify”. Karena pada poin “Choose the Right
Time” saya sudah memperoleh perubahan yang cukup signifikan. Namun bukan
berarti poin “Choose the Right Time” kemudian saya tinggalkan. Sambil terus
mempraktikkan untuk berkomunikasi di waktu yang tepat, saya akan belajar untuk
menginjak pada poin selanjutnya.
Hari ini
komunikasi yang saya lakukan dengan suami sudah pada waktu yang tepat.
Alhamdulillaah kami dapat berkomunikasi dengan cukup lancar dan berkualitas.
Masalah yang saya bahas bersama suami masih sama, tentang urusan visa UK. Urusan
ini betul-betul menguras hati dan pikiran kami berdua, karena memang pengurusan
visa ke UK sangat melelahkan. Setelah pengajuan visa kemarin ditolak, kami sudah
rugi uang, waktu dan tenaga untuk proses pengajuan visa kemarin.
Saat berdiskusi
dengan suami, saya berusaha sebisa mungkin menyampaikan poin-poin yang saya
maksud sejelas mungkin. Bahkan saya sampai membuat catatan tertulis sebelum
menelpon suami. Ketika berkomunikasi dengan suami, saya mengirimkan catatan itu
via WA ke suami, kemudian kami membahas poin demi poin secara runtut.
Setelahnya, saya memberikan kesempatan pada suami untuk bertanya, dan
menyampaikan pendapatnya. Saya juga sangat terbuka dengan pertimbangan-pertimbangan
yang ia berikan. Proses diskusi tentang visa ini berjalan berkelanjutan hingga
akhirnya kami sama-sama puas dengan hasil diskusi dan solusi yang kami sepakati bersama. Alhamdulillaah.
2. Komunikasi
Produktif pada Anak
Pada anak, saya
masih ingin tetap berada pada poin “ Intonasi dan Suara yang Ramah”. Karena
tampaknya ini masih harus terus saya latih. Saya terkadang merasa lupa untuk
menggunakan intonasi dan suara yang ramah pada anak, apalagi jika kondisi hati
saya sedang sempit, karena kabar visa ke UK yang di tolak itu. Namun,
alhamdulillaah di hari kedua mempraktikannya saya berhasil menggunakan intonasi
dan suara yang ramah pada Akhfiya. Saya melihat banyak senyuman di wajah
Akhfiya. Saat proses menyuapi makanan pun terasa jauh lebih menyenangkan dan
asyik. Akhfiya makan dengan sangat lahap dan bersemangat. Alhamdulillaah.
#day2
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Senin, 05 Juni 2017
Senin, Juni 05, 2017
No comments
Komunikasi Produktif (Day 1)
Bismillaahirrahmaanirrahiim
In The Name of Allaah The Most Gracious The Most Merciful
Alhamdulillaah setelah menjalani
kelas Matrikulasi IIP, saya berhasil lulus dan masuk ke kelas selanjutnya,
yakni kelas Bunda Sayang. Pada kesempatan kali ini, saya akan menuliskan
tantangan hari pertama pada Game Level 1 Kelas Bunda Sayang.
Pada game kali ini, berisikan
tantangan tentang Komunikasi Produktif. Setelah mendapatkan materi mengenai
Komunikasi Produktif, maka tantangan 10 hari yang dimaksud tentunya adalah
belajar untuk mempraktikannya. Komunikasi Produktif bisa dilakukan baik pada
pasangan, maupun pada anak.Masing-masing terdapat poin komunikasi yang bisa
dilatih untuk dilakukan.
Pada tantangan 10 hari kali ini,
saya akan belajar untuk melakukan Komunikasi Produktif pada pasangan dan anak.
Meski saat ini saya dan suami sedang menjalani Long Distance Marriage, namun
bukan berarti tidak bisa menjalani Komunikasi Produktif. Berikut uraian hari
pertama saya, tanggal 3 Juni 2017.
1. Komunikasi
Produktif pada Suami
Saya memilih
poin “ Choose the Right Time” untuk mengawali komunikasi produktif saya dengan
suami. Kenapa poin ini? Karena saya dan suami saat ini sedang terpisah jarak
dan waktu akibat beda negara dan benua. Tentunya poin memilih untuk
berkomunikasi di waktu yang tepat menjadi sangat penting bagi kami berdua.
Hari pertama
mempraktikannya, saya mendapatkan kabar bahwa pengajuan visa saya dan Akhfiya
ke UK di tolak. Awalnya rencana saya akan menyusul suami selepas Lebaran nanti.
Tapi qoddarallaah, rencana ternyata terpaksa berubah. Berat sekali hati saya
ketika mengetahui bahwa saya dan suami harus LDM lebih lama lagi. But Allaah
knows best. Rencana Allaah pasti berkali lipat lebih indah dari keinginan kami
berdua.
Ketika mencoba
mengkomunikasikan dengan suami, saya memilih waktu yang tepat agar bisa diskusi
dengan nyaman. Kami hanya telponan singkat di awal, namun karena sinyal di
rumah mertua tidak bersahabat, dan kondisi suami sedang mengantuk karena disana
pagi buta, maka kami tunda diskusi kami di waktu yang lain. Meski sebenarnya di
dalam hati saya galau luar biasa, saya meminta suami istirahat terlebih dahulu.
Saya juga izin kepada mertua untuk pulang lebih awal ke rumah mama agar
mendapatkan sinyal yang baik untuk menelpon suami. Ya, saya memilih untuk
berkomunikasi di waktu yang tepat. Karena jika tidak, kami pasti tidak bisa
diskusi dengan nyaman. Apalagi setelah mendengar kabar yang tidak mengenakkan
seperti itu. Bila salah memilih waktu yang tepat, kami justru bisa saling
menyalahkan. Apalagi kondisi kami sedang berjauhan.
Setelah saya
sudah di rumah mama, dan suami sudah cukup istirahat, kami pun meluangkan waktu
kembali untuk menelpon. Kali ini waktunya benar-benar tepat. Akhfiya sudah
tertidur lelap sehingga diskusi kami juga tidak terganggu dengan tangisan si
kecil. Alhamdulillaah, malam itu kami bisa saling mengalirkan perasaan, saling
menghibur sekaligus mencarikan solusi terbaik untuk permasalahan kami. Kami pun
menutup sesi telpon kami dengan perasaan dan hati yang jauh lebih enteng dan
bahagia. Alhamdulillaah.
2. Komunikasi
produktif pada Anak.
Untuk komunikasi
pada anak, saya memilih poin “Intonasi dan Suara yang Ramah”. Hal ini karena
anak saya masih berusia 7 bulan sehingga saya lebih mudah mengaplikasikan ini
terlebih dulu. Perubahan yang saya lakukan di hari pertama adalah saya memilih
menggunakan intonasi dan suara yang ramah ketika menyapa dan mengajaknya
ngobrol. Akhfiya tampak sangat senang ketika mendengar suara dan melihat wajah
saya. Dari mulai bangun tidur, hingga akan kembali terlelap saya berusaha untuk
terus menggunakan intonasi dan suara yang ramah padanya. Alhamdulillaah
hasilnya pun terasa meski baru sehari saya praktikkan. Akhfiya jadi lebih ceria
dan mudah sekali tersenyum. Selain itu, momen menyuapi makanan juga menjadi
jauh lebih menyenangkan. Alhamdulillaah.
#day1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip