Recent Posts

Jumat, 17 Februari 2012

ilmuku hilang kemana?

bismillahirrahmaanirrahiim
 In The Name of Alloh The Most Gracious The Most Merciful



Sedikit cerita tentang kuliah saya.

Libur sudah menjelang pergi. Membayangkan semester depan yang akan datang rasanya akan lebih berat dibandingkan sebelumnya. Banyak urusan yang harus terpenuhi. Banyak janji dan amanah menyertai. Namun tak boleh mengeluh, harus tetap semangat! ^^

Nah, selama libur ini banyak sekali hal yang saya renungkan. Tentang ibadah, mama, bapak, keluarga, serta teman-teman dan banyak hal yang harus diluruskan sebelum terlambat. Satu yang menggelitik saya, adalah merenungkan tentang ilmu yang saya dapatkan selama saya duduk di bangku kedokteran ini. Betapa saya merasa ilmu hilang tiada berbekas. Padahal saya sudah ikat dengan catatan yang menumpuk, bahkan kadang beberapa teman sampai mengcopy catatan saya meski saya tak yakin bisa dibaca (tulisan saya aneh soalnya). Namun, setelah ujian blok usai, ilmupun seakan hilang entah kemana. Sudah berapa ujian blok terlewati, namun tetap saja rasa sedih selepasnya menyertai.


Sedih. Saya khawatir, seperti biasanya ilmu saya hilang. Mengapa sulit sekali mengikat ilmu di hati. Baru beberapa bulan lalu saya mendapat satu materi tentang penyakit itu, sekarang sudah lupa. Anatomi hilang, skills terlupa, fisiologi tak ingat sama sekali, patologi tak yakin. Mau jadi dokter macam apa kau nafsaa! >.<. Tidak selamanya bisa beralasan "Maaf, saya masih semester 1 belum dapat materi itu semua". Sekarang waktu sudah beranjak cepat, tiba-tiba sudah duduk di semester 6, masak mau pake alasan sama --'?

Sedih. Sedih. Sedih.

Namuuun,
saya mendapatkan jawabannya.
Taraaa!

Silakan dibaca yaa.

Pertanyaan.Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Ali Syaikh ditanya, “Saya seorang yang mempunyai keinginan untuk menuntut ilmu dan ingin memberi manfaat kepada orang lain. Akan tetapi problem yang dihadapi adalah selalu lupa dan tidak teringat sedikitpun dalam pikiran saya akan ilmu yang saya dengar. Apakah nasehat Syaikh kepada saya ? Semoga subhanahu wa ta’ala membalas kebaikan antum ya Syaikh.


Jawaban
Segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala, manusia berbeda-beda dalam menuntut ilmu, tidak setiap penuntut ilmu menghafal ilmu yang telah ia dengarkan. Akan tetapi (ia tentu) hafal sedikit dari ilmu yang ia dengar. Ilmu itu diperoleh sedikit demi sedikit. Jika terus menerus diulang maka akan hafal. Saya menasehati agar berusaha dan bersungguh-sungguh menghafal Al-Qur’an. Karena menghafal itu adalah suatu tabiat, dengan menghafal dan mengulang-ulangi, maka hafalan akan terus bertambah dan akan semakin kuat.Barangsiapa bersungguh-sungguh ia akan dapati bahwa dengan menghafal Al-Qur’an akan memulai jalan untuk membuka “daya hafalannya”. 


Jika penanya belum hafal Al-Qur’an, hendaklah menghafal Al-Qur’an. Oleh karena itu sejumlah ulama pada masa lalu tatkala seorang penuntut ilmu masuk ke masjid ingin berguru dan menuntut ilmu kepada para syaikh setiap hari, sedangkan ia belum hafal Al-Qur’an, maka para syaikh tersebut berkata kepadanya,”Hafalkan Al-Qur’an terlebih dahulu! Setelah hafal kembalilah kepada kami! (yang demikian itu) karena menghafal Al-Qur’an akan membukakan “kekuatan untuk mengingat”.Oleh karena seseorang yang telah mencoba menghafal Al-Qur’an, misalnya ia menghafal 10 juz, butuh waktu 8 jam untuk menghafalkannya. Ia pun harus mengulangnya kala itu. Akan tetapi setelah pada 20 juz yang terakhir, akan mudah dan mudah (sekali), hingga barangkali ia hafal 3/8 dari ½ juz dalam waktu antara maghrib dan isya atau sesudah subuh. Ini adalah suatu kenyataan, karena daya ingat akan terus bertambah jika selalu dilatih dan dipraktekkan. 


Oleh karena itu saya menasehatinya agar menghafal Al-Qur’an dan sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, karena ilmu akan bertambah dengan izin Allah Jalla Jalaluhu dan hafalan akan datang insya Allah.[Disalin dari Majalah Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah, Edisi 02 Dzulqo'dah 1423/Januari 2003. Diterbitkan : Ma'had Ali Al-Irsyad Jl Sultan Iskandar Muda 45 Surabaya]***
Artikel muslimah.or.id

Jleb jleb! Ini nasihatnya benar mengena. Sungguh. 
Tak ada lagi alasan.
#henshin!

-nm-

4 komentar:

masya Allah, benar Nafsa.. Terimakasih telah berbagi. Jazakillahu khairan....
Barakallahu fik..

Aamiin, wa iyyaki mbak Elva..

Wa fiikum barokallahu.

Faktanya hampir semua mahasiswa kedokteran yang mau masuk koas merasa belum siap dan faktanya akhirnya mereka jadi dokter juga...

wah, sebenarnya kalo ditanya ya pasti belum siap..tapi mau tak mau ya harus siap.
koas kan sambil belajar juga kn ya?

masih ada setahun sebelum koas, semoga diberi pencerahan untuk lebih fokus setahun ini. Aamiin.

Posting Komentar

feel free to drop any comments, friends! ^^