Bismillahirrahmaanirrahiim
In The Name of Alloh The Most Gracious The Most Merciful
Ada yang tidak tahu apa itu rokok?
Well, jika anda orang Indonesia..maka saya asumsikan anda mengetahuinya. Karena rokok sangat BIASA ditemukan disini. Mengapa? Lihat saja sekitar! Iklan-iklan rokok merajalela dimana-dimana bak jamur yang tumbuh di roti basi. Hampir setiap sudut (terutama di kota) pasti akan dijumpai seorang yang menghisap rokoknya kuat-kuat. Kemudian menghembuskan sisa asapnya ke udara. Mengenaskan.
Saya pun begitu.
Saya mengenal rokok sejak kecil. Bagaimana tidak, eyang saya dulunya adalah perokok berat sebelum beliau meninggal dunia. Bahkan, ketika kecil dulu saya sering sekali meminta eyang atau yang biasa saya panggil dengan Mbah Kakung untuk melakukan atraksi rokok untuk saya. Caranya? Mbah kakung akan merokok, kemudian saya akan meminta mbah kakung membentuk asap lucu-lucu setelahnya. Favorit saya saat itu bentuk donat. Asap dengan bentuk lingkaran dengan lubang ditengahnya. Namun setelah besar, saya mulai membenci rokok. Apapun merknya, harganya, rasanya. Saya tak suka.
Saya dulu tak paham rokok itu tak sehat. Saya hanya tahu, orang yang merokok itu menyebalkan. Orang yang merokok itu adalah orang egois yang tak punya hati. Menghisap rokoknya yang katanya nikmat sesaat kemudian membuang sampahnya ke udara bebas. Membuat orang lain merasakan bau tak sedap karenanya. Untuk saya mencium asap rokok bisa membuat saya ingin sekali muntah. Apalagi di tempat umum. Pernah kejadian, ketika saya ikut bapak pulang dari Yogya menuju Solo naik bis umum, samping saya ada orang yang merokok. Padahal saat itu bis sedang penuh sesak tak karuan. Akhirnya karena tak tahan, saya muntah di sepatu orang itu. Haha. Salah sendiri, merokok di tempat umum.
Dan kini, miris rasanya melihat rokok merajalela laris manis bak kacang goreng di pemutaran layar tancap. Setiap orang bisa merokok. Anak kecil, remaja, dewasa bahkan lansia. Semua orang bisa merokok dengan mudahnya. Akses untuk merokok pun tak susah. Lihat saja iklan-iklan di TV. Banyak iklan menipu yang mengidentikkan rokok dengan lelaki sejati. Huek. Yang percaya itu benar-benar tidak bisa berpikir jernih tampaknya. Lelaki sejati, tak akan mampu mengorbankan uang untuk anak istri demi sepuntung rokok yang akan perlahan membunuhnya! Lelaki sejati itu ya lelaki sholih, dan tentu saja lelaki sholih tidak merokok. Lelaki sholih itu lelaki yang pasti takut pada Rabb-Nya dan tunduk pada perintah agama. Sayang istri dan keluarga, serta bertanggung jawab dan dapat dipercaya*ups, malah ngelantur*.
Back to topic. Yah, lihatlah. Harga rokok di Indonesia juga tak mahal. Bahkan dengan harga 500 rupiah pun, sebatang rokok bisa menempel ditangan. Miris. Harganya bahkan lebih murah daripada memompa ban sepeda motor di kota. Apalagi di kota-kota yang banyak pelajarnya seperti Yogya. Di warung-warung burjo,banyak sekali yang menjual rokok secara eceran. Membuat bisnis rokok menjadi raksasa besar yang sulit di taklukkan. Apalagi target pasarnya sangat luas. Tak terbatas. Orang tua, dewasa, pria, wanita, remaja, bahkan anak-anak.
Sekarang, setelah saya duduk di bangku kedokteran, saya mengerti. Bahaya rokok memang tak cuma isapan jempol semata. Banyak zat berbahaya di dalamnya. Nikotin, Tar dan ribuan zat kimia lainnya terkandung dalam satu puntung rokok dengan harga murah. Efeknya? Luar biasa. Meracuni tubuh perlahan. Dan kelak, akan menjadi pembunuh yang menyeramkan.
Tahukah anda, selama saya kuliah di kedokteran faktor risiko dari kebanyakan penyakit yang saya temui adalah perokok. Faktor risiko artinya, kemungkinan risiko seseorang yang merokok untuk terkena penyakit itu jauh lebih besar (berkali-kali lipat) dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Apa saja penyakitnya? Well, perlukah saya menyebutkannya? Banyaaak sekali. Mulai dari Penyakit Paru Obstruktif Kronis, Penyakit Jantung Koroner, Penyakit Arteri Perifer hingga yang paling menyeramkan bagi kebanyakan orang : KANKER PARU. Sebenarnya masih banyak penyakit yang bisa disebabkan oleh rokok. Tapi jika saya sebutkan, tulisan ini pasti akan teramat sangat panjang.
Dan yang menyedihkan lagi adalah, ketika seseorang merokok orang disekitarnya juga akan menghisap asap rokok tersebut. Tentu saja ini akan membuat sang perokok pasif ini juga rentan terhadap bahaya dari rokok itu. Second-hand smoker memiliki risiko terkena penyakit jantung koroner 5 kali lipat dibandingkan dengan orang yang bebas dari asap rokok. Kasihan sekali ya. Hanya karena berada di sekitar orang yang merokok, ia juga terkena dampak bahayanya. Praktis, perokok aktif pasti memiliki dosa tambahan tentunya. Selain meracuni dirinya sendiri, ia juga membuat orang teracuni karena rokoknya. Ckckckc.
Sekarang, tak perlu saya berpanjang lebar. Silakan lihat video dibawah ini ya. Saya dapatkan dari kakak kos yang me-link-kan di fb saya. Semoga bisa membuka mata kita akan bahaya merokok.
-nm-
9 komentar:
Perokok adalah perampas hak orang lain. Beberapa orang ada yg tidak kuat dengan asap rokok, termasuk saya sendiri.
Saya juga baru saja melihat video tersebut beberapa hari yang lalu. Perkembangan industri rokok di Indonesia memang sangat memprihatinkan.
Kadang saya berpikir, teknologi gasifikasi -konversi bahan bakar padat(mis.batu bara, kayu, dan sekam padi) menjadi gas sintesis (CO dan H2)-itu menghasilkan tar. Pada teknologi gasifikasi tar harus diambil sebelum gas produser tersebut digunakan karena beracun dan dapat mengganggu proses. Merokok adalah proses gasifikasi mini. Eh.. para perokok koq malah menyerap tar (baca: racun) dengan nikmatnya. Ditambah lagi gas utama yg dihasilkan adalah CO dan H2, yg (setau saya, CMIIW) berbahaya bagi tubuh. Sungguh aneh para perokok itu..
Di lain sisi, sangat disayangkan beberapa pihak secara tidak langsung mendukung berkembangnya industri rokok, salah satunya adalah (sebagian) kiai. Dengan berbagai dalil dan dalih mereka melegalkan rokok atas nama agama. Rupanya permasalahan rokok ini sangat kompleks.
hehe . .saya jadi ingat ada orang yang bilang gini pas ndaki gunung.
"bar mangan enake ngudut"
dalam hati saya bilang, "hey bung, katanya pecinta alam, tapi kelakuannya sama aja kayak orang yang bukan pecinta alam"
emang ada nikmatnya ya habis makan terus ngerokok?
=.=
heumm . .tp harga rokok 500 juga deh, udah naik kayaknya *ngeliat abang2 angkot yang biasa beli rokok eceran*
Adnan : Betul, saya setuju nan. Karena sejujurnya saya juga paling nggak tahan sama asap rokok. Pingin muntah.
Wah, kalo dipandang dari sudut kimia nya seperti itu ya. Memang bahaya sekali ternyata. Setelah lihat video itu juga rasanya terkejut, ternyata aslinya seperti itu.Kita seperti dibodohi ya.
Yap, memang kompleks nan. Banyak yang berdalih jika rokok dilarang maka akan menurunkan pendapatan negara. Padahal, jika dihitung-hitung pengeluaran negara untuk membiayai masalah kesehatan akibat merokok jauh lebih besar (CMIIW).
Anyway, thanks for sharing.
Mas ichal : Kalo dari segi medis ada jawabannya lho mas kenapa habis makan ngrokok itu enak. Jadi, ketika seseorang merokok, maka itu akan meningkatkan asam lambung. Nah, kalo habis makan asam lambungnya meningkat, jadinya rasanya enak karena asam lambung kan buat mencerna makanan di lambung.(CMIIW)
Masalahnya adalah, jika terus-terusan seperti itu maka nanti akan timbul masalah baru. Peptic Ulcer Disease. Penyakit lambung ini akan bertambah risikonya pada orang yang merokok. (Kalo saya nggak salah ingat, pelajaran blok lalu soalnya *udahlupa*)
Wah, udah naik ya? Syukurlah..kalo perlu dinaikkan per batang jadi 50rb aja. Biar pada kapok yang beli.
ada ya ternyata?!
baru tau, jadi bener donk kata "bar mangan enake ngudut?
heumm . .kalo kyk gt mending makan buah aja tho ya, sama2 ningkatin asam lambung kan?
yahhh . .jangan dinaikin donk, kalo harga rokok jadi 50rb, harga barang2 yang lain jadi berapa??
=.=
ada info menarik nih http://regional.kompas.com/read/2012/02/01/16455114/KA.Antarkota.Bebas.Asap.Rokok.Mulai.1.Maret
di prameks juga diberlakukan kayak gini ga?
Ya yang dinaikin ya harga rokoknya aja lah mas. Yang lain nggak usah naik.
Buah bisa ningkatin asam lambung po? Baru tahu saya malahan.
Waah, belum tau kalo yang itu mas. Tapi semoga saja begitu. Udah di gerbong wanita, nggak ada asap rokok pula. Pasti menyenangkan sekali naik prameksnya.
klo mbah kakung saya malah pernah ngendika,"Lha wong karo Londo wae ra wedi, mosok karo tulisan ngene (warning resiko di bungkus rokok) wae wedi"
-__-
saya (yang dengan asap rokok saja ga kuat) dalam hati menjawab,"Mbah,sekarang penjajahnya bukan lagi Belanda, tapi rokok! Katanya pejuang kok membantu penjajah"
beberapa detik selepas membatin, mbah kakung ngendika lagi,"wis kono simbah tukokna rokok sik.."
EPIC
Wah, sulit juga ya kalo begitu mas mushofi. *thinking*
disembunyiin rokok atau lighternya aja gimana?
*cara saya jaman kecil pas ada orang dekat yang ngrokok*
Posting Komentar
feel free to drop any comments, friends! ^^